Minggu, 30 April 2017

PUTRI SALJU

Pada zaman dahulu, ada seorang Ratu yang melahirkan seorang putri cantik dengan pipi merah, kulit putih dan rambutnya hitam lebat. Bayi itu diberi nama Putri Salju. 

Namun sungguh malang nasib Putri Salju, ibunya tidak dapat menemani lebih lama di dunia ini. Sang Ratu meninggal dunia dan ayahnya menikah lagi. Ratu baru ini cantik, namanya Ratu Elvira, tetapi sifatnya penuh iri dan dengki. Hanya mementingkan dirinya sendiri.

Ratu Elvira mempunyai sebuah benda ajaib yang paling disayanginya yaitu sebuah cermin ajaib. Setiap hari ia bertanya kepada cerminnya,

“Cermin kaca benggala, siapa wanita yang tercantik di dunia?”
“Ooo, Ratu, engkaulah wanita paling cantik di dunia!” jawab cermin ajaib itu.

Tetapi, Putri Salju semakin hari semakin besar dan setiap hari menjadi semakin cantik. Pada suatu hari, sang Ratu lagi-lagi bertanya kepada cermin ajaibnya,

“Cermin kaca benggala, siapa wanita yang tercantik di dunia?”


Kali ini cermin ajaib memberi jawaban lain, “Ooo, Ratu, Putri Salju lah wanita yang paling cantik di dunia!”. Seketika itu juga wajah sang Ratu menjadi cemberut, pucat dan marah.
Sejak peristiwa itu, Ratu sangat membenci Putri Salju, sedangkan Putri Salju semakin hari semakin cantik. Dengan rasa marah, sang Ratu memanggil seorang pemburu,

“Bawalah Putri Salju ke hutan,” perintahnya.
“Bunuh dia dan bawa jantungnya kepadaku.”

Pemburu itu membawa Putri Salju ke hutan, tetapi ia tidak sampai hati untuk membunuhnya.

“Larilah dan jangan kembali.” bisik si pemburu itu kepada Putri Salju.
“Oh, terima kasih Pak Tua, aku tidak akan melupakan budi baikmu ini.” ujar Putri Salju.

Putri Salju tak tahu jalan dan ia sangat takut.

“Oh, kemana aku harus pergi?” tangisnya.

Ia terus berjalan seorang diri. Hutan yang lebat membuatnya merasa takut. Akhirnya, ia melihat sebuah pondok di tempat terbuka. Ia menghampiri pondok itu dan mengintip ke dalam. Ruangannya kecil dan aneh! Ada tujuh kursi kecil dan tujuh piring kecil. Di sepanjang dinding ada tujuh ranjang kecil. Tidak ada orang. Karena diluar dingin sekali maka Putri Salju masuk ke pondok itu, lalu berbaring di salah satu ranjang. Karena kecapekan akhirnya ia tertidur.
Putri Salju segera tidur pulas. Ia tidak tahu bahwa pondok itu milik tujuh kurcaci yang bekerja di tambang sepanjang hari. Ketujuh kurcaci itu adalah
Doc , kurcaci yang paling tua dan bijaksana diantara temannya. Dia adalah pemimpin dari kurcaci ini. Ciri yang paling mudah terlihat adalah kacamata dan janggutnya yang tebal dan panjang
Dopey, walau diberi nama panggilan dopey oleh kurcaci lainnya namun tidak berarti dia bodoh. Kurcaci ini memiliki sifat lugu dan kekanakan. Dia tidak pernah berbicara.
Sleepy, kurcaci yang suka tidur. Namun walau demikian, dia seorang kurcaci pekerja yang rajin.
Grumpy,  kurcaci pemarah. Dia selalu menggerutu. Namun demikian, hatinya baik.
Sneezy, kurcaci yang memiliki kebiasaan bersin dalam situasi tertentu.
Happy, kurcaci yang selalu gembira.
Bashful, kurcaci pemalu. Ketika malu, dia selalu memilin jenggotnya sambil tersenyum malu. Walau pemalu, tapi Bashful adalah kurcaci pemberani.
Pada saat mereka pulang dan menyalakan tujuh lilin,
 
“Astaga ! Ada orang di sini !” seru salah satu kurcaci.

 Ia terkejut ketika melihat Putri Salju tidur di ranjang.
Karena seruan itu akhirnya Putri Salju terbangun dari tidurnya dan ketujuh kurcaci itu segera datang mengerumuninya.

“Cantik sekali gadis ini ! “ kata mereka.

Lalu Putri Salju bercerita tentang ibunya, Ratu yang jahat. Setelah bercerita, gadis itu menjadi sedih sehingga ia mulai menangis….

“Cup, cup, cuuuup……!” kata si kurcaci yang baik itu.
“Tinggallah bersama kami. Disini engkau aman dari wanita jahat itu.”

Putri Salju dengan senang hati menerima tawaran itu.
Di istana, lagi-lagi Ratu berdiri di depan cermin ajaibnya. Ia tidak tahu kalau si pemburu itu sebenarnya tidak menjalankan perintahnya. Jantung yang diperlihatkannya itu adalah jantung binatang buruan, bukan jantung Putri Salju.
Sambil mengusap tangan dengan penuh rasa puas, Ratu tersenyum dan berkata,

“Cermin kaca benggala, siapa wanita yang tercantik di dunia?”
Tak terduga cermin ajaib itu menjawab, “Ooo, Ratu, Putri Salju lah wanita yang tercantik di dunia!”
“Hah, Apa? Bukannya Putri Salju sudah mati dibunuh oleh pemburu itu?” sang Ratu balik bertanya pada cermin ajaib.
“Belum Ratu, Putri Salju belum mati. Si pemburu tidak jadi membunuh Putri Salju. Jantung yang dibawa oleh si pemburu adalah jantung binatang buruan.”
“Lalu dimana Putri Salju sekarang berada?” sahut sang Ratu.
“Di tengah rimba, tempat kediaman tujuh kurcaci, disanalah Putri Salju berada.”

Dengan rasa marah, sang Ratu menyusun rencana jahat untuk mencelakakan Putri Salju.
Keesokan harinya, ketujuh kurcaci berangkat ke tambang tempat mereka bekerja. Putri Salju merapikan pondok itu sambil bersenandung. Ia menyapu dan mengepel lantai, juga membersihkan perabotan rumah tangga.
Tak lama kemudian, seorang nenek-nenek mengetuk pintu. Dialah sang Ratu yang menyamar sebagai wanita tua penjual keliling.

“Lihatlah barang-barang bagus ini, nak.” katanya sambil tertawa-tawa kecil.

Putri Salju begitu terpesona dengan barang-barang yang di bawa oleh si wanita tua itu.

“Cobalah yang ini. Pita ini sangat cocok kamu pakai dan serasi dengan baju yang kamu pakai.”

Karena terpesona, Putri Salju membiarkan wanita tua itu mengikatkan pita merah jambu di lehernya untuk dicobakan. Tiba-tiba wanita tua itu mengetatkan ikatannya ! Putri Salju tercekik dan jatuh ke tanah. Para kurcaci menemukan Putri Salju tergeletak hampir mati. Mereka melepaskan pitanya dan gadis itu bisa bernafas lagi. Esok paginya ia sudah sehat kembali.

 “Penjaja itu si Ratu jahat,” kata kurcaci.

Dan sebelum para kurcaci berangkat kerja, mereka berpesan agar jangan membukakan pintu bagi orang yang tak dikenal. Sementara itu, lagi-lagi cermin ajaib memberi tahu Ratu bahwa Putri Salju belum mati. Ratu pun marah dan ia menyamar lagi, sekarang ia menyamar sebagai nenek ramah penjual sisir.
Lagi-lagi, Putri Salju hampir mati sebab sisir itu beracun. Kali ini para kurcaci menjadi geram.

“Siapapun tidak boleh masuk rumah,” kata mereka tegas.

Ketika Ratu mengetahui dari cermin ajaib bahwa ia gagal lagi, kemarahannya memuncak. Ia bertekad untuk membunuh Putri Salju.
Keesokan harinya, Ratu menyamar lagi dan kali ini ia membawa sekeranjang buah apel yang beracun. Ia mengetuk pintu pondok kurcaci.

“Pintunya tidak usah dibuka, anak manis,” katanya licik.
“Tetapi cobalah apel yang matang ini. Rasanya sangat segar dan nikmat sekali !”


Putri Salju tidak curiga pada apel merah ranum itu dan menggigitnya sepotong besar. Hanya beberapa saat setelah ia menggigit apel itu tubuhnya kejang lalu jatuh tersungkur ke lantai.
Ketika para kurcaci pulang sore hari, mereka menemukan Putri Salju tergolek di lantai. Segala usaha untuk menyelamatkannya sia-sia saja. Ia tergeletak diam dan dingin.

“Kita telah kehilangan gadis paling cantik di dunia,” ratap mereka sedih.

Sementara itu, jauh di istana, Ratu berdiri penuh keangkuhan di depan cerminnya.

“Cermin kaca benggala, siapakah wanita yang tercantik di dunia?”
“Ratu Elvira, wanita tercantik di dunia,” jawab cermin ajaib.

Para kurcaci tidak dapat berpisah dengan Putri Salju. Pipinya masih merah, kulitnya seputih salju, dan rambutnya sehitam kayu eboni. Oleh karena itu, para kurcaci membuat sebuah peti dari kaca dan dengan penuh kehati-hatian mereka membaringkan Putri Salju di dalamnya.
Gadis yang terbaring itu tampak seolah-olah sedang tidur saja. Siang malam para kurcaci berjaga di samping peti. Pada suatu petang, lewatlah seorang Pangeran muda. Begitu melihat Putri Salju, ia jatuh cinta.

“Aku mohon pada kalian, ijinkan aku membawanya pulang ke istanaku. Supaya ia dapat berbaring dengan layak di istana.”

Para kurcaci akhirnya semua setuju.
Dalam perjalanan, menuruni gunung. Pada saat suatu ketika salah seorang pelayan pengusung peti tersandung, tiba-tiba dari mulut Putri Salju keluar secuil apel yang selama ini tersangkut di kerongkongannya.
Putri Salju membuka matanya dan memandang Pangeran. Sang Pangeran tentu saja gembira bukan kepalang. Dengan mata yang berbinar-binar ia berkata,

“Aku cinta padamu, maukah kau menjadi istriku?”

Putri Salju mengangguk bahagia.
Mereka melambai-lambaikan ketika melihat gadis cantik itu berangkat dengan Pangeran. Putri Salju akhirnya menikah dengan Pangeran. Mereka hidup berbahagia hingga hari tua. Sementara itu Ratu Elvira yang jahat akhirnya mati oleh niat jahatnya sendiri, ketika hendak pergi membunuh Putri Salju. Ratu Elvira terjatuh ke jurang yang dalam bersama dengan kereta kudanya.



SELESAI

HERCULES


Ini adalah mitologi dari Yunani kuno. Al kisah dari Ratu Alcmena yang cantik bersama Yupiter, lahirlah seorang bayi laki-laki di kota Thebes yang diberi nama Hercules.
Anak itu amat dicintai oleh Yupiter, maka ia menetapkan untuk menjadikannya seorang makhluk yang sempurna. Dewi Juno yang bengis sangat iri kepada bayi itu, ia ingin sekali menghabisi nyawa bayi itu sehingga ketika bayi itu masih berada dalam buaian, ia mengutus dua ular raksasa agar membelitnya sampai mati.
Tetapi ketika melihat ular utusan Dewi Juno, Hercules kecil bangkit dan menghadapi mereka dengan berani, ia mencekik kedua ular itu hingga binasa. Hercules begitu kuat, dan sayangnya dia agak angkuh serta mudah marah, sehingga Dewi Juno tak henti-hentinya menggunakan kelemahan Hercules untuk membangkitkan kemarahannya.
Pada suatu hari, terjadilah suatu peristiwa yang sangat menyedihkan. Ketika Hercules melemparkan kecapi kepada gurunya, untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak, naas kecapi itu mengenai kepala sang guru hingga membuatnya tewas. Dengan penuh duka cita, Ratu Alcmena terpaksa harus menghukum anaknya. Hercules kemudian dibuang dari istana dan dipercayakan kepada seorang pengembala yang hidup di gunung-gunung.
Hercules bukannya menyesal dengan hukuman yang diterimanya, ia justru merasa bahagia. Ia belajar berburu, memanah, dan tidak takut terhadap kegelapan malam, dingin yang mencekam, maupun binatang buas.
Dalam petualangannya, pada suatu hari Hercules bertemu dengan dua orang gadis di suatu persimpangan jalan. Rupanya kedua gadis itu memang sedang menantikan dirinya.

“Hercules, aku adalah sang Sukacita. Datang dan berjalanlah di jalanku yang terbuat dari rumput lembut dan aneka bunga yang pada ujungnya ada kekayaan dan kebahagiaan,” kata salah satu dari mereka dengan tersenyum. Gadis yang lebih muda dan cantik dari satunya.
“Hercules, aku adalah sang Keutamaan,” kata gadis yang sudah tidak muda, tak cantik pula.
“Datanglah dan berjalanlah di jalanku yang terbuat dari batu dan kerikil tajam, pada ujungnya ada kemuliaan yang tak akan pernah pudar,” kata gadis itu tanpa senyum di bibir.
“Aku ikut denganmu,” sahut Hercules.

Sungguh amat sulit jalan Hercules menuju kemuliaan. Disaat sedang marah, Dewi Juno membuat mata Hercules berkilat-kilat membara. Sehingga pada suatu ketika Hercules sampai hati membunuh istri dan kedua anaknya. Setelah kemarahannya mereda Hercules menjadi menyesal dan sedih sekali, ia menangis sepanjang hari. Tetapi para dewa sangat marah karena perbuatan Hercules yang bodoh itu. Oleh karena itu Hercules mohon pengampunan atas kejahatan yang telah dilakukannya.
Hercules kemudian pergi ke Delphi. Disana ia bertemu dengan seorang imam wanita, namanya Pitia, yang artinya sang Kepercayaan. Imam wanita itu dapat meramalkan masa yang akan datang.

“Hercules, pergilah ke kota Tyrin. Abdikanlah dirimu kepada raja Eurystheus, pamanmu, yang akan meletakkan diatas pundakmu dua belas penderitaan dan kesusahan. Kalau kau dapat mengatasi dan menyelesaikan semuanya, kau akan mendapat pengampunan dari para dewa,” kata Pitia.

Atas petunjuk Pitia, Hercules kemudian berangkat dan memulai perjalanannya. Ketika memasuki istana Tyrin, raja Eurystheus yang pemalu dan penakut menjadi ketakutan melihat kedatangan Hercules.

“Aku datang untuk mengabdikan diri kepadamu,” ujar Hercules menenangkan hati raja Eurystheus.
“Jika demikian, pergilah kau ke hutan Nemea. Di hutan itu ada singa yang menghabiskan domba-domba dan mencabik-cabik para pengembala. Bunuhlah singa itu dan bawalah kulitnya padaku,” perintah raja Eurystheus kepada Hercules, dengan maksud menjauhkan Hercules sedapat mungkin agar jangan sampai datang lagi.
“Perintahmu akan aku laksanakan,” jawab Hercules.

Kemudian pergilah Hercules menuju hutan Nemea. Seorang penduduk daerah itu berkata kepadanya,

“Tidak tahukah kau bahwa singa itu tak dapat dilukai, karena kulitnya keras seperti besi baja.”
“Aku tidak takut akan hal itu,” jawab Hercules.

Hercules kemudian masuk ke dalam hutan. Benar, tak lama kemudian ia melihat ada singa buas dan besar. Melihat ada mangsa, singa itu melompat menghadang Hercules.

Hercules yang perkasa, bukannya mengelak atau menhindar ia malah melawannya. Dengan cepat Hercules balas menyerang dan menghantamnya dengan tangan kosong. Singa terpental dan roboh, sebelum singa itu bangkit lagi Hercules sudah merangsaknya lagi. 

Singa yang sudah sangat kesakitan itu menjadi takut, ia berusaha lari, namun Hercules mengejarnya dengan kecepatan lari bagaikan si kijang, lalu dengan cepat pula ia mencekik singa itu hingga menemui ajalnya.

Setelah membunuh dan menguliti singa itu, Hercules membawa kulitnya kepada raja Eurystheus.

“Sekarang pergilah menghadapi Hydra dari Lema, seekor binatang mengerikan berkepala tujuh. Dengan semburan nafasnya yang beracun, ia telah membunuh banyak orang. Kau harus melenyapkan binatang itu,” kata raja Eurystheus saat menerima kulit singa itu.

Ia langsung memberi tugas kedua kepada Hercules. Tugas ini sangat berat, bahkan mustahil dilaksanakan oleh seratus orang, namun Hercules menerimanya tanpa banyak bertanya. Ia terima tugas berat itu. Maka pergilah Hercules dengan ditemani Lolaus, sahabat karibnya. Ketika mereka sampai di danau daerah Lema, Hercules mencium dan merasakan suasana kematian, serta keheningan yang amat mencekam. Hydra tidak kelihatan. Hercules melemparkan sebongkah batu besar ke danau dan menyalakan obor sambil berteriak, ia berhasil mengusik binatang itu. Tiba-tiba air danau bergolak berpusar dan Hydra menyembul dengan cepat sambil mulutnya menyemburkan racun kearah Hercules dan Lolaus. Hercules menebaskan pedangnya ke kepala Hydra, tetapi dari setiap kepala yang berhasil ditebas segera tumbuh lagi dua kepala.

“Lolaus! Ambillah obor, setelah kupenggal salah satu kepalanya segera bakar lukarnya!” teriak Hercules.
“Ya……” jawab Lolaus yang gemetar karena ketakutan.

Dengan cepat ia melaksanakan apa yang diperintahkan kepadanya, dicocokkan obornya pada leher Hydra yang terpenggal, maka kepala binatang itu tidak tumbuh lagi. Akhirnya Hydra binasa.
Sebelum kembali ke Tyrin, Hercules mencelupkan ujung-ujung anak panahnya ke darah binatang itu, dan dengan demikian ia memberi racun semua anak panahnya.
Raja Eurystheus sebenarnya tidak mengharap Hercules kembali dengan selamat. Begitu Hercules datang ia sudah menyiapkan tugas yang berikutnya. Kepadanya diperintahkan agar menangkap babi hutan Erymanthus, seekor binatang yang amat besar dan sering menculik penduduk dan kemudian membunuhnya.
Ketika menhadapi binatang itu Hercules merasa tidak takut. Saat binatang itu menyerang, ia dengan cepat meloncat menghindar. Tiba-tiba babi hutan itu melarikan diri, Hercules segera menyergap dan menangkapnya. Dipanggulnya binatang itu dan dibawa kepada raja Eurystheus yang karena amat ketakutan kepadanya, lari dan menyembunyikan diri di dalam tong besar.
Perintah berikutnya yang harus dilaksanakan Hercules adalah menangkap Ceryneia yang dikeramatkan bagi Diana. Ceryneia adalah seekor rusa betina dengan tanduk emas dan kuku perak yang dapat lari dengan kecepatan angin.
Binatang itu tak mengenal lelah, setelah berjuang hampir setahun , Hercules akhirnya berhasil menangkapnya.
Perintah kelima yang harus dilaksanakan oleh Hercules adalah mengusir dan membunuh burung-burung raksasa. Burung-burung itu memiliki paruh, sayap, dan bulu dari tembaga, bulu-bulunya tajam seperti anak panah. Burung-burung itu menguasai danau Tymphalus dan melakukan pembunuhan terhadap manusia.
Hercules tak merasa gentar dan ragu. Ia mengobrak-abrik dan membuat burung-burung itu keluar dari sarangnya. Hercules berhasil membunuh sejumlah besar burung itu dengan anak panahnya yang telah diberi racun ujungnya dengan darah Hydra. Burung-burung yang lain terbang melarikan diri karena peluit Hercules yang diterima dari Dewi Minerva sebagai hadiah.
Tugas selanjutnya adalah perintah yang keenam bagi Hercules, ia harus merebut ikat pinggang Hyppolita, ratu penguasa Amazon yang memiliki bala tentara wanita. Ikat pinggang milik Hyppolita sangat mengagumkan, teranyam dari emas dan bertabur manikam. Hercules dengan beberapa temannya setelah tiba di istana Amazon langsung menghadap ratu Hyppolita, dan dengan sangat halus dan sopan Hercules mohon agar ikat pinggang itu dihadiahkan kepada dirinya.
Begitu mulia ratu Hyppolita yang cantik itu, ia menyetujui memberikan ikat pinggang itu. Tetapi ketika sabuk itu akan diberikan kepada Hercules, muncullah Dewi Juno dengan menyamar sebagai salah seorang prajurit wanita Amazon, ia berteriak mengatakan bahwa Hercules hendak merampok sang Ratu. Mendengar itu, para prajurit wanita Amazon berdatangan dan menyerang Hercules dan kawan-kawannya. Dalam pertempuran itu salah satu anak panah Hercules mengenai dan membunuh Hyppolita. Hercules menjadi terkejut. Sambil memeluk tubuh Hyppolita yang sudah menjadi mayat ia menangis menyesali kejadian itu.
Eurytheus sangat gembira dapat memiliki ikat pinggang Hyppolita. Ia kemudian memberI perintah selanjutnya, tugas ke tujuh yang harus dilaksanakan oleh Hercules yaitu dalam satu hari harus sanggup membersihkan kandang Raja Augeas. Raja itu memiliki beribu-ribu sapi yang merumput di berbagai padang rumput. Setiap hari binatang-binatang itu kembali ke kandang yang luar biasa besarnya, dan selama tiga puluh tahun belum pernah dibersihkan. Dalam kandang-kandang itu telah menumpuk kotoran yang tak terkirakan banyaknya dan dihuni oleh bermacam-macam ulat menjijikkan serta lalat. Dari kandang itu merebak bau busuk yang tak tertahankan. Membersihkannya dalam satu hari adalah suatu pekerjaan yang mustahil, tetapi Hercules menyanggupinya.
Di dekat kandang itu mengalir dua sungai besar. Dari bukit-bukit disekitarnya dia membuat bendungan untuk mengalihkan aliran sungai itu melewati antara kandang-kandang, dengan demikian aliran sungai itu menghanyutkan semua kotoran yang ada di dalamnya. Melihat hal itu, Eurystheus merasa putus asa dan mulai berpikir bahwa dirinya tak akan pernah berhasil membebaskan diri dari bayangan Hercules.
Cobaan demi cobaan dilalui Hercules dengan tabah. Hercules pun akhirnya menikah, tapi bahkan istrinya pun tanpa sengaja telah mencelakainya. Karena takut Hercules tidak mencintainya lagi, Deianira mencelupkan sepotong jubah dalam ramuan darah Centaurus dan mengenakan pada suaminya. Namun terjadilah sesuatu yang mengerikan. Nessus telah berdusta, ia tahu bahwa panah yang telah membunuh dirinya itu adalah panah beracun, dan ia ingin membalas dendam. Racun itu kemudian membakar tubuh Hercules seperti nyala api.
Dengan mengaduh kesakitan Hercules berusaha melepaskan jubah itu, tetapi sia-sia. Jubah itu seakan-akan telah meresap memasuki kulitnya dan menyiksanya. Karena tak mampu menahan siksaan itu, Hercules mengangkat timbunan kayu api dan membakar dirinya.
Demikian akhir hidup Hercules……Tetapi, sebagai imbalan atas jerih payahnya menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, Yupiter mengangkat Hercules ke puncak gunung Olympus……dan menjadikan makhluk yang tak dapat mati, seperti para dewa!


SELESAI

Sabtu, 29 April 2017

TERJEBAK

Seorang lelaki tua sedang mengemis di tengah keramaian terminal bus, berpura-pura gagu (bisu) agar orang-orang kasihan terhadapnya. Seorang anak mudayang sedang berjalan-jalan di tempat itu, mengenali pengemis itu. Dia pernah bertemu di suatu tempat dan ia tahu pengemis itu hanya berpura-pura bisu saja.

Tanya anak muda, “Kek, sejak kapan anda menderita gagu?”

Tanpa berpikir panjang, pengemis itu menjawab, “Sejak masih bayi, Nak……”

RAMBUT DAN AIR HUJAN

Si Ocot memang anak yang pintar ngomong.
Dengar saja ketika ia ngobrol dengan si Danceu.

“Seorang perempuan punya rambut kusam, agak merah, ujungnya belah-belah dan berketombe. Nah, apa yang terjadi dengan rambut perempuan itu jika ia berhujan-hujanan?”
Si Danceu bingung,” Jadi sembuh barangkali.”
“Salah sekali”
“Atau mungkin malah jadi rontok.”

“Ah, kau ini. Bingung amat sih? Tentu saja rambut perempuan itu jadi basah !”

KEHENDAK AYAHNYA

Seorang pemuda yang beringasan, serta mentah dalam tindak tanduknya, suatu kali menonton rodeo. Hatinya pun tergerak untuk ikut. Tanpa berpikir panjang dia pun mendaftar untuk ikut lomba ketangkasan naik kuda liar tanpa pelana. Demikianlah, dalam waktu sebentar saja pemuda itu sudah terlempar dari kudanya, kepalanya terkena tendang sehingga ia harus dilarikan ke rumah sakit.
Seorang rekannya yang menengoknya pada keesokan harinya bertanya,

“Bagaimana keadaanmu?”
“Tidak parah,” sahut pemuda itu.
“Namun demikian aku telah merasa lega, karena telah berhasil memenuhi keinginan ayahku yang sudah lama terpendam.”
“Jadi ayahmu ingin kau mencoba-coba ikut rodeo?”

“Bukan. Beliau sudah lama ingin agar kepalaku diperiksa dokter.”

Jumat, 28 April 2017

ANJING HILANG

Seorang lelaki berkaca mata tebal, tergopoh-gopoh masuk ke kantor polisi. Ia melaporkan kehilangan anak lelakinya. Katanya tergagap-gagap,

“Pak, anak laki-laki saya sejak kemarin tidak pulang ! Tolong dicarikan, Pak……”

“Tenang, Tuan,” sahut komandan polisi jaga.

“Jelaskan ciri-ciri anak Tuan. Tinggi badannya?”

“Ti…tidak tahu……”

“Beratnya?”

“Lama tidak ditimbang, Pak……”

“Ciri-ciri rambutnya?”

“Dulu dikeriting, tetapi sekarang……apa sudah lurus kembali ya?”

“Tadi tidak sempat saya tengok di Akte Kelahiran……”

“Pakaian yang dikenakan?”

“Waktu dia pergi tidak pamitan……”

Komandan polisi mengernyitkan dahi. Tidak tahu apa yang harus ditanyakannya lagi. Tiba-tiba wajah lelaki berkaca mata tebal itu berseri-seri, ucapnya,

“Yang kuingat dia pergi membawa Bleki. Jenis anjing blester, bulunya putih mulus, dengan belang hitam besar empat buah pada masing-masing pangkal kaki, usianya dua setengah tahun, beratnya tiga puluh enam setengah kilogram, memakai kalung leher berinisial Rb, ujung telinga kana nada luka tersayat……”


Cepat komandan polisi itu memerintahkan anak buahnya, “Cepat cari si Bleki !”

MENGGONGGONG PUN SALAH


Om Robert membeli seekor anjing yang kelihatan galak dan suka menggonggong. Kata penjualnya, anjing itu bisa menjaga dengan baik.

“Jika ada seseorang yang dicurigai hendak bermaksud buruk, dia akan menggonggong keras-keras, “ jelas penjual.

Namun beberapa hari kemudian, Om Robert menjual kembali qanjing itu ke tokotempat dia membelinya. Penjual merasa heran. Apakahanjing itu gagal melaksanakan tugasnya? Tetapi rasanya mustahil !

Maka bertanyalah ia kepada Om Robert, “ Apakah ia tertidur dalam menjalankan tugasnya? “
“Tidak, bahkan sebaliknya, “ geram Om Robert.

“Semalam dia menggonggong keras-keras sampai kami tidak mendengar ada maling masuk dan menggasak TV LCD, Tape, home theatre, PS, dan laptop kami ! “

YANG SEORANG LAGI


“ Ibu si Roni mempunyai empat anak, “ kata Didi pada Seta.

“ Yang seorang bernama Lala, seorang lagi bernama Lulu, dan yang lain Lili. Nah, siapa yang seorang lagi? “

“ Sudah pasti Lele. “

“ Bukan. Memangnya nama ikan? “

“ Lalu? “ Si Seta bingung. Tapi kemudian berkata lagi, “ O, ya, Lolo! “

“ Bukan juga. “

“ Siapa lagi dong? “


“ Ya si Roni. “

SAPU TANGAN

Di dalam sebuah bis kota, seorang ibu dengan muka kurang ramah duduk memangku anak lelakinya yang berusia 6 tahun. Di samping ibu itu duduk seorang lelaki berperawakan agak gemuk.

Anak lelaki ibu itu ingusan. Sesekali ingus meleleh sampai menyentuh bibir. Tetapi ibunya acuh tak acuh saja. Akhirnya lelaki gemuk itu merasa risih.

Bertanyalah ia kepada sang ibu, “ Maaf bu, apakah anak ini tidak memiliki sapu tangan ? ”

Jawab ibu itu dengan ketus, “ Dia sih punya, tetapi tidak untuk dipinjamkan pada Anda. “

TERPIKAT HADIAH

Seorang wisatawan dari negeri minyak yang kaya raya, dalam perjalanan wisata ke sebuah kota kecil kehilangan kucing Persia yang di bawanya. Betapa sedih hati sang wisatawan tersebut. Kucing itu sudah dianggapnya sebagai sahabat karibnya, dimanjakannya, dan diberikannya makanan yang terbaik.

Segera ia menelepon satu-satunya kantor surat kabar di kota itu dan memasang iklan menawarkan hadiah Rp 500 juta bagi siapa saja yang menemukan kucingnya dan  mengembalikan kepada pemiliknya.

Keesokan harinya wisatawan itu menelepon kantor surat kabar untuk menanyakan hasilnya. Telepon diterima Tukang Sapu.


Sahut tukang sapu, “ Kantor kosong Tuan. Para staf surat kabar semua keluar mencari kucing Anda. “

Kamis, 27 April 2017

PUTRI DUYUNG


Konon Putri Duyung itu bernama Ariel. Ia adalah putra Dewa Laut yang bernama Triton. Sebenarnya ia mempunyai banyak teman di istana bawah laut. Tetapi Ariel lebih suka bermain-main di atas permukaan laut atau di pulau-pulau kosong yang tidak berpenghuni. Sementara para penghuni istana bawah laut lebih suka tinggal di dasar samudra.
Begitu seringnya Ariel bermain-main ke permukaan laut sehingga ayahnya si Dewa Laut memperingatkannya,

“Ariel, kau jangan sering-sering ke permukaan laut.”
“Memangnya kenapa ayah?” tanya Ariel.
“Jangan……nanti kau bertemu dengan manusia……” jawab si Dewa Laut.
“Ayah, apa dan siapa manusia itu?”
“Ah, kau ini……kau memang belum tahu,” gumam Dewa Laut.
“Bahwa diatas laut terutama di daratan ada makhluk yang bernama manusia.”
“Apa mereka seperti kita, ayah?”
“Yah, sebenarnya mirip kita, atau kita yang mirip mereka, hanya saja kebanyakan mereka bersifat jahat dan hanya mau menang sendiri.”
“Apa tidak ada yang baik, ayah?”
“Hemmm, ada juga sih……tapi hanya sedikit manusia yang berhati baik.”
“Wah, aku jadi penasaran dan ingin bertemu manusia.”
“Hah? Jangan Ariel !” Dewa Laut kaget mendengar keinginan anaknya.
“Kenapa ayah?”
“Jangan anakku, kau nanti dapat celaka!” Dewa Laut berkata sungguh-sungguh.
“Lebih baik kau bermain-main di bawah laut saja.”
“Ahhh……ayah, siapa yang berani mencelakakanku. Aku kan putri Dewa Laut yang sangat sakti. Ayah pasti juga tidak akan tinggal diam jika aku dicelakakan manusia, kan?”
“Ah, kau ini Ariel……!”

Begitulah Ariel memang putri duyung yang tercantik di antara sekian banyak putri duyung. Usia Ariel juga masih sangat muda, baru lima belas tahun.
Pada suatu hari, setelah puas bermain dan bersenda gurau dengan makhluk-makhluk laut lainnya, Ariel naik ke pernukaan laut. Ia menikmati indahnya batu karang di pulau kosong. Makhluk cantik dari dasar samudra ini memang bisa bernafas di air dan di darat.
Setelah puas menghirup udara dan menikmati pemandangan di bebatuan karang, Ariel berenang menuju hutan di tepi pantai, disana ia bertemu dengan teman-temannya yang hidup di daratan. Semua hewan disana adalah teman-temannya yang baik.
Ariel menyusuri aliran sungai yang menuju hutan. Ia disambut dengan ramah oleh sepasang kelinci.

“Hai Ariel, apa kabar? Lama kau tak muncul di daratan.”
“Aku baik-baik saja, bagaimana kabar kalian sahabat kelinci?”
“Kami juga baik, teman-teman yang lain sudah lama merindukanmu.”
“Benarkah?”
“Ya, disana, si kurcaci Pip lama menunggu kedatanganmu.”
“Kalau begitu aku akan segera kesana.”

Ariel lalu berenang lagi, sungai itu membawanya semakin masuk ke dalam hutan. Sepasang kelinci mengikutinya dari daratan tepi sungai.

“Dimana Pip?”
“Teruslah berenang ke dalam hutan, kau akan menemukannya.”

Tak berapa lama kemudian ia melihat Pip sedang mengambil air.


“Hai Pip……!”
“Hai Ariel, lama kau tak muncul ! Kemana saja ?”
“Aku bersama ayah dan ibuku di istana dasar samudra.”
“Apakah ayahmu melarang kau bermain di hutan ini?”
“Ayahku memang keberatan jika aku bermain ke darat. Tapi aku kan bosan jika terus bermain di dasar samudra.”
“Ayo ikut aku, kita akan bertemu dengan teman-teman yang lain.” Kata Pip.

Pip kemudian memanggil temannya. Tak berapa lama kemudian muncul seekor rusa betina.

“Hai Ariel !” sapa si rusa.
“Bagaimana kabarmu?”
“Oh, kau Russy…..kabarku baik-baik saja.”
“Naiklah ke punggungku, aku akan mengajakmu berjalan-jalan di hutan ini.” Si Russy menawarkan.
“Kau akan mengajakku kemana?”
“Marilah……aku akan membawamu ke angsa raksasa.”
“How? Angsa raksasa?”
“Benar ! Mereka tentu akan senang bertemu denganmu.”
“Baik, ayo kita temui mereka.”

Ariel segera naik ke punggung si Russy. Mereka menyusuri sungai hingga sampailah di tempat kedua angsa putih yang bertubuh besar.


“Hai Russy makhluk apakah yang kau gendong itu?” tanya si angsa jantan.
“Ya, Russy……apakah dia juga sahabatmu?” sahut si angsa betina.
“Teman-teman, jangan kuatir ! Dia ini adalah Ariel. Dia putri duyung putra Dewa Laut.” kata Russy.
“Oh, maafkan kami Tuan Putri……”
“Tidak mengapa. Apakah kalian mau bersahabat dengan ku?” tanya Ariel.
“Oh, tentu……tentu kami mau……!” sahut sepasang angsa bersamaan.

Setelah berbincang-bincang cukup lama, Pip dan Ariel diajak sepasang angsa raksasa terbang ke udara. Pip naik angsa jantan sedangkan Ariel naik angsa betina.

“Kita akan kemana?” tanya Ariel dengan hati berdebar.

Ini adalah pengalamannya yang  pertama kali diajak terbang di udara.

“Kita akan mengelilingi desa dan kota.” sahut Pip diatas punggung angsa jantan.
“Ya kita akan melintasi gunung dan sungai dari udara.” kata angsa betina.
“Oh betapa senang nya hatiku.” ujar Ariel.

Benar saja, tidak berapa lama kemudian mereka sudah meninggalkan hutan, melintasi gunung, lembah dan sungai. Kini mereka sudah mulai memasuki wilayah pedesaan, banyak rumah-rumah penduduk berjejeran.


“Ini belum seberapa……” gumam angsa betina.
“Apa maksudmu……?” tanya Ariel heran.

Sepasang angsa itu mempercepat kepak sayap mereka sehingga mereka meluncur lebih cepat lagi. Dan tidak berapa lama kemudian mereka terbang agak rendah, Ariel kaget. Di depannya Nampak gedung-gedung tinggi yang beraneka bentuknya.

“Rumah siapa yang paling besar dan tinggi itu?” tanya Ariel.
“Itu adalah istana kerajaan……!” sahut Pip.
“Oh, betapa hebat dan indahnya kerajaan di daratan.”
“Kau senang Ariel?”
“Ya Pip, aku senang sekali.”


Memang Ariel puas menyaksikan rumah-rumah manusia, sawah dan ladang, juga melintasi kota yang penuh manusia, bahkan istana raja. Bagi Ariel benar-benar tamasya yang menggembirakan.
Ketika matahari mulai tenggelam mereka kembali ke telaga di tengah hutan. Pip pulang dulu. Besok Ariel akan diantarkannya ke tepi laut. Ariel sangat bahagia, ia sedang beristirahat dan menyanyi-nyanyi. Tak disadari dua orang penjahat memperhatikannya. Dua orang penjahat itu bermaksud menangkap Ariel untuk dijual ke sirkus. Mereka adalah Bronk dan Jack.

“Ssssttt……hati-hati……jangan berisik, kita tangkap dia dari belakang,” bisik Bronk kepada Jack.
“Ya, kita akan dapat uang banyak jika bisa menjualnya ke bos tukang sirkus di kota.”
“Ssssst……sudah Jack, ayo kita keluar dari persembunyian ini.”

Ternyata kedua orang ini memang sejak tadi mengintip Ariel dan teman-temannya. Kini mereka bergerak hendak menangkap Ariel.

“Tolong……! Tolong……!” teriak Ariel dengan keras-keras mengetahui dirinya disergap dari belakang.

Ariel kaget bercampur takut, mendapati dirinya disergap oleh kedua penjahat itu. Ia hanya bisa berteriak minta tolong.

“Diamlah hai putri duyung, kami tidak akan menyakitimu!” kata Jack yang memondong Ariel.
“Benar! Kau harus mengikuti perintah kami, jika tidak……!” sahut Bronk

Tapi Ariel tidak peduli, ia terus berteriak-teriak minta tolong. Burung hantu yang pertama mendengar suara Ariel, burung hantu kemudian memberitahukannya kepada tupai, tupai menyampaikan kepada kelinci, kelinci memberitahu Pip, Pip meminta bantuan rusa, rusa mengajak beruang untuk menolong Ariel. Suara Ariel didengar oleh semua hewan di hutan itu.
Hampir saja Ariel dibawa keluar hutan. Untunglah Pip dan kawan-kawannya segera datang menolong. Burung hantu yang menyerang terlebih dulu, disusul tupai kemudian kelinci dan Pip juga tidak mau ketinggalan ia meninju perut Bronk. Beruang melompat dan tahu-tahu sudah berada dihadapan Jack. Jack lemas ketakutan melihat beruang menyeringai di depannya. Pada saat itulah si rusa menyeruduk punggung Jack. Jack pun akhirnya terjungkal ke tanah. Beruang dengan sigap menangkap Ariel yang ikut terlempar. Sekarang Jack dan Bronk menjadi bulan-bulanan para hewan yang menjadi sahabat Ariel.

“Teman-teman sudahlah, biarkan mereka pergi!” seru Ariel.

Para hewan menghentikan serangannya. Jack dan Bronk sudah kehabisan tenaga. Mereka hampir mati jika Ariel tidak mencegah teman-temannya itu melakukan penyerangan lebih lanjut. Kedua penjahat itu dengan sekuat tenaga lari kabur. Mereka tidak berani lagi masuk ke dalam hutan.

“Terima kasih kawan-kawan, kalian telah menyelamatkan aku…” kata Ariel dengan membungkuk penuh hormat.
“Sama-sama Ariel, kami semua menyayangimu.”


Demikianlah Ariel dapat diselamatkan oleh Pip dan kawan-kawannya. Malam itu mereka bisa beristirahat dengan tenang. Keesokan harinya mereka mengantar Ariel sampai ke tepi laut. Ariel menyelam ke dasar samudra. Ia menceritakan pengalamannya kepada putri duyung lainnya.
Hari berganti hari tahunpun berlalu, Ariel masih saja suka bermain di daratan bersama dengan teman-temannya. Ariel memang putri duyung yang tercantik diantara sekian banyak putri duyung. Kini usia Ariel sudah menginjak tujuh belas tahun. Ibarat bunga yang sedang mekar-mekarnya, siapa yang akan menjadi jodoh suami Ariel? Kita berharap semoga ia hidup bahagia.


SELESAI

PUTERI NIWER GADING


Al kisah, dahulu di negeri Alas, termasuk wilayah Nangro Aceh Darussalam, ada seorang raja bijaksana dan dicintai rakyatnya. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana, sehari-hari pikirannya dicurahkan untuk memajukan negeri dan kemakmuran rakyatnya.
Namun sayang sang raja tidak mempunyai putera. Mereka sedih. Atas nasehat orang pintar, raja dan permaisuri kemudian tekun berdo’a sambil berpuasa. Beberapa bulan kemudian permaisuri mengandung. Setelah sampai pada waktunya, permaisuri melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Amat Mude.
Belum genap setahun umur Amat Mude, ayahnya meninggal dunia. Karena Amat Mude masih bayi maka adik sang raja atau paman (Pakcik) Amat Mude yang diangkat menjadi raja sementara. Pakcik itu bernama Raja Muda. Setelah diangkat menjadi raja ia malah bertindak kejam kepada Amat Mude dan ibunya. Mereka diasingkan ke sebuah hutan terpencil. Raja Muda ingin memnguasai sepenuhnya kerajaan yang sesungguhnya menjadi hak Amat Mude.
Walau dibuang jauh dari istana, permaisuri tidak pernah mengeluh, ia menerima cobaan yang berat itu dengan sabar dan tabah. Ia besarkan Amat Mude dengan penuh kasih sayang. Tahun demi tahun berlalu, tak terasa Amat Mude tumbuh menjadi anak yang cerdas dan tampan.
Amat Mude suka memancing ikan di sungai. Pada suatu hari, permaisuri dan Amat Mude pergi ke sebuah desa dipinggir hutan untuk menjual ikan. Tanpa disangka, ia bertemu dengan saudagar kaya. Ternyata ia bekas sahabat suaminya dulu.

“Mengapa Tuan Putri dan Putra Mahkota berada ditempat ini?” tanya saudagar itu keheranan.

Permaisuri menceritakan semua kejadian yang telah menimpanya. Mendengar hal itu, sang saudagar segera mengajak mereka ke rumahnya dan membeli semua ikannya. Setibanya dirumah, saudagar itu menyuruh istrinya segera memasak ikan tersebut. Ketika sedang memotong perut ikan, sang istri merasa heran karena dari perut ikan tersebut keluar telur ikan yang berupa emas murni. Kemudian butiran emas murni tersebut dijual ke pasar oleh istri saudagar. Uangnya ia gunakan untuk membangun rumah permaisuri dan putranya. Sejak saat itu, Permaisuri dan Amat Mude telah berubah menjadi orang kaya berkat telur-telur emas dari ikan yang dipancingnya dari sungai.
Cerita tentang kekayaan Permaisuri dan Amat Mude sampai ke telinga Raja Muda. Pada suatu hari, Raja Muda memanggil Amat Mude ke istana. Ia memerintahkan Amat Mude memetik kelapa gading untuk mengobati penyakit istri Raja Muda, di sebuah pulau yang terletak di tengah laut. Konon, lautan di sekitar pulau itu dihuni oleh binatang-binatang buas. Siapapun yang melewati lautan itu pasti akan celaka.
Raja Muda mengancam Amat Mude jika tidak berhasil, ia akan dihukum mati. Tapi Amat Mude tidak peduli  dengan ancaman itu. Niatnya tulus hendak menolong istri Raja Muda. Ia pun segera berangkat meninggalkan istana.
Setibanya di pantai, ia duduk termenung. Tiba-tiba, muncul di hadapannya seekor ikan besar bernama Si Lenggang Raye, didampingi oleh Raja Buaya dan seekor Naga besar.
Singkat cerita, Amat Mude telah menemukan pohon kelapa gading dengan bantuan Si Langgeng Raye, Raja Buaya dan seekor Naga. Selanjutnya, Amat Mude memanjat pohon. Ketika sedang memetik buah kelapa gading, tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan.

“Siapapun yang berhasil memetik buah kelapa gading, dia akan menjadi suamiku.”
“Siapakah engkau?” tanya Amat Mude.
“Aku Putri Niwer Gading.” jawabnya suara dari bawah pohon kelapa.


Amat Mude cepat-cepat memetik kelapa gading. Setelah turun dari atas pohon kelapa, alangkah takjubnya Amat Mude melihat kecantikan Putri Niwer Gading. Akhirnya, Amat Mude pun mengajak sang putri pulang ke rumahnya untuk dipersunting. Setelah menikah, Amat Mude beserta istri dan ibunya berangkat ke istana untuk menyerahkan buah kelapa gading.
Kedatangan Amat Mude membuat Raja Muda terheran-heran. Orang yang berhasil melewati rintangan di pulau angker pastilah orang sakti. Ia tidak mau main-main lagi. Kini tidak ada alasan lagi untuk menghukum mati keponakannya itu.
Akhirnya, raja muda sadar akan kesalahannya. Ia emohon maaf kepada permaisuri dan Amat Mude. Beberapa hari kemudian Amat Mude dinobatkan menjadi Raja Negeri Alas.

“Ketika musibah yang terjadi diperlukan kesabaran dan ketabahan .
Dan dengan bekerja keras kita akan sampai pada perbaikan nasib.”



SELESAI

SI BUNGSU DAN ULAR RAKSASA


Dahulu kala, di Bengkulu hiduplah seorang janda tua dengan tiga orang anak perempuannya. Mereka hidup miskin dan tinggal di sebuah gubuk sederhana. Untuk memenuhi kebutuhannya, mereka mengandalkan penjualan hasil kebun yang sempit.
Suatu hari, wanita tua itu menderita sakit keras. Ia tidak lagi dapat bekerja mengolah kebun dan menjual hasil kebun itu ke pasar. Kini pekerjaannya digantikan oleh ketiga anak perempuannya.
Sudah berbagai tabib dipanggil untuk mengobati penyakit sang ibu, tetapi tidak satu tabib pun yang berhasil menyembuhkan penyakit ibu mereka. Hingga akhirnya, datang seorang peramal menemui ketiga anak perempuan wanita tua itu. Peramal itu berkata,

“Hanya ada satu cara untuk menyembuhkan penyakit ibu kalian, yaitu dengan memberikan obat khusus yang terbuat dari daun-daunan hutan yang dimasak dengan bara gaib. Untuk mendapatkan bara gaib ini memang sulit, kalian harus mencarinya di puncak gunung.”
“Apakah tidak ada cara lain untuk kami mendapatkan bara gaib itu, wahai peramal?” tanya salah seorang anak.
“Tidak ada. Dan satu lagi yang perlu kalian ketahui, konon di puncak gunung yang mengandung bara gaib itu dijaga oleh seekor ular gaib yang sangat besar dan menyeramkan,” ucap sang peramal.

Betapa kecewanya ketiga anak perempuan itu mendengar ucapan sang peramal. Ular gaib yang menjaga bara gaib itu menurut para penduduk desa, akan memangsa siapapun yang berusaha mendekati puncak gunung tersebut. Anak-anak perempuan itu hanya diam membisu. Tak ada yang berani pergi ke puncak gunung itu. Tapi si bungsu……melihat penderitaan ibunya, hatinya seakan-akan teriris-iris. Ia nekat keluar rumah untuk mencari obat bagi ibunya. Kedua kakaknya bukannya mendukung malah mengolok-oloknya.
Dengan susah payah ia masuk ke hutan. Setelah mendapatkan ramuan dedaunan kini ia mulai naik ke gunung untuk mencari bara gaib. Banyak rintangan yang harus dilalui, tanah dan bebatuan yang semakin miring dan curam membuat tenaganya terkuras.
Ketika hampir sampai di puncak gunung, hatinya semakin miris. Rasa takut menyelimuti dirinya. Sebab ia harus melewati kediaman ular n’Daung terlebih dahulu. Gua tempat tinggal ular n’Daung sungguh menyeramkan. Pohon-pohon disekitar gua itu besar-besar dan berlumut. Daun-daunnya yang rimbun menutupi sinar matahari sehingga tempat itu menjadi temaram agak gelap.
Belum habis rasa takutnya……tiba-tiba terdengar suara gemuruh dan raungan keras. Membuat tanah yang dipijaknya bergetar. Si Bungsu semakin takut. Beberapa saat kemudian ia melihat seekor ular besar berada di hadapannya. Sorot matanya tajam, lidahnya menjulur berulang-ulang.
Demi ibunya ia memberanikan diri,

“Wahai ular yang baik hati, bolehkah aku meminta sebutir bara gaib? Bara itu akan aku gunakan untuk merebus obat untuk ibuku yang sedang sakit keras.”
Tak disangka, ular itu menjawab dengan ramah, “Baiklah……aku akan memberimu bara gaib, tapi dengan satu syarat. Kamu harus mau menjadi istriku……!”

Si Bungsu menyanggupi syarat itu demi kesembuhan ibunya. Ia pulang membawa obat bagi ibunya. Setelah meminum obat itu ibunya sembuh seketika. Si Bungsu merasa bahagia.
Tapi ia harus memenuhi janjinya. Esok harinya, ia pergi ke puncak gunung untuk menemui ular n’Daung.
Saat tiba di gua ular n’Daung hari sudah larut malam. Alangkah terkejutnya si Bungsu karena ia melihat ular n’Daung berubah menjadi seorang Pangeran yang berwajah tampan.

“Wahai Pangeran, benarkah kau ini jelmaan ular n’Daung penjaga bara gaib?” tanya si Bungsu.
“Benar……akulah si ular n’Daung. Namaku Abdul Rahman Alamsyah. Aku telah disihir oleh pamanku. Aku menjadi ular hanya di waktu pagi sampai petang saja, jika malam aku berubah menjadi manusia lagi. Pamanku berlaku  curang, ia ingin merebut tahtaku dan menjadi raja.” kata Pangeran.

Sementara itu kedua kakak si Bungsu penasaran. Mengapa si Bungsu bisa selamat membawa bara gaib. Diam-diam mereka menyusul ke gua ular n’Daung. Alangkah terkejutnya mereka, ternyata si Bungsu sedang berbincang-bincang dengan seorang Pangeran yang berwajah tampan.

“Kurang ajar! Pantas saja ia betah tinggal di gua ini. Kiranya sedang pacaran dengan seorang pangeran.” Kara si Sulung, kakaknya yang pertama.
“Aku tidak suka sama si Bungsu hidup bersama pangeran itu. Ayo kita cari cara untuk mencelakakannya.” kata kakaknya yang kedua.

Kedua gadis itu berunding mengatur siasat. Mereka melihat kulit ular didepan pintu gua.

“Kita bakar saja kulit ular itu, pasti nantinya sang Pangeran akan marah, malah bisa-bisa si Bungsu dibunuhnya.” Kata si Sulung.

Rencana dijalankan, saat itu si Bungsu dan Pangeran jauh berada di dalam gua, sementara itu si Sulung dan kakak kedua mengambil kulit ular dan membakarnya di depan pintu gua. Setelah itu mereka berlari pulang.
Tapi kejadiannya tidak seperti yang diharapkan kedua gadis itu. Setelah Pangeran tahu bahwa kulit ularnya dibakar, ia malah berlari dan memeluk si Bungsu.

“Ada apa Kanda?”
“Istriku……sihir dari pamanku yang jahat itu musnah jika ada orang yang mau membakar kulit ularku dengan senang hati.” jawab sang Pangeran.

Kebahagiaan menyelimuti si Bungsu dan Pangeran. Pangeran Alamsyah kemudian memboyong si Bungsu ke istana. Pamannya yang telah berbuat jahat dihukum dan diusir dari istana.
Si Bungsu yang baik hati mengajak ibu dan kedua kakaknya ke istana. Kedua kakaknya merasa bersalah dan malu, mereka memilih tetap tinggal di gubuk tua.


SELESAI