Jumat, 21 April 2017

SI PITUNG JAGOAN BETAWI


Si Pitung adalah seorang yang baik, ia tekun beribadah dan berbudi pekerti luhur. Ia berasal dari Rawa Belong. Selain belajar mengaji ia juga belajar silat kepada Haji Naipin. Tidak terasa waktu berjalan cepat, si Pitung menjelma menjadi sosok pemuda dewasa yang gagah perkasa. Ia mempunyai bekal ilmu agama dan pencak silat.

Pada saat yang sama, penjajah Belanda sedang giat-giatnya mengeruk kekayaan alam bangsa Indonesia yang berpusat di Batavia. Tenaga rakyat diperas dalam kekejaman kerja paksa. Tak terhitung lagi korban yang jatuh. Sebagian lagi hidup dalam penderitaan dan kelaparan. Menyaksikan kenyataan itu, timbul rasa iba di hati si Pitung. Keberpihakan pada rakyatnya sendiri yang mengubah takdir si Pitung.

Bersama Rais dan Jii, si Pitung merampok rumah tauke dan tuan tanah kaya. Hasil rampokannya kemudian dibagi-bagikan pada rakyat miskin. Tentu saja lama kelamaan, kegiatan si Pitung meresahkan kumpeni.

Kumpeni melakukan berbagai cara untuk menangkap si Pitung. Mula-mula, dibujuknya orang-orang untuk member keterangan dengan iming-iming hadiah cukup besar. Kalau usahanya gagal, tidak segan-segan kumpeni memaksanya dengan kekerasan.

Akhirnya, kumpeni berhasil mendapat informasi tentang keluarga si Pitung. Kelebihannya, merupakan kelemahannya juga. Keluarga sebagai sumber motivasi si Pitung justru menjadi titik lemahnya. Kumpeni segera menyandera kedua orang tuanya dan haji Naipin. Dengan siksaan yang berat, akhirnya terungkaplah keberadaan si Pitung dan rahasia kekebalan tubuhnya.

Ilmu silatnya yang tinggi dan tubuhnya yang kebal peluru, mempermudah setiap aksi perampokannya. Sudah banyak rumah tauke dan tuan tanah yang dirampoknya, tetapi ia tidak juga berhasil ditangkap. Lagi pula, orang-orang tidak menceritakan keberadaan si Pitung. Ia banyak berjasa pada rakyat.

Pada suatu hari, si Pitung dan teman-temannya berhasil ditemukan. Si Pitung berusaha melakukan perlawanan. Namun, hari itu memang hari naas baginya. Rahasia kekebalan tubuhnya yang selama ini membuatnya tetap hidup sudah diketahui pihak kumpeni.

Si Pitung, pahlawan rakyat kecil itu dilempari telur-telur busuk dan ditembak berkali kali. Akhirnya, ia pun menghembuskan nafas terakhir sebagai pembela rakyat jelata.


SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar