Di Jawa Tengah, pada zaman dahulu ada sebuah kerajaan bernama
Pengging. Sang raja mempunyai seorang putera bernama Joko Bandung atau dikenal
sebagai Bandung Bandawasa. Joko Bandung adalah seorang pemuda perkasa, seperti
halnya sang ayah ia juga mempunyai berbagai ilmu kesaktian yang tinggi.
Tapi sayang Joko Bandung yang sudah dewasa itu belum mau
berumah tangga. Suatu saat sang raja memanggilnya. Ia ditanya mengapa belum mau
berumah tangga. Joko Bandung ingin menguasai kerajaan Prambanan. Maka Joko
Bandung memimpin pasukan Pengging berperang melawan pasukan Prambanan. Pada
saat itu kerajaan Prambanan dipimpin oleh Raja Boko. Tubuhnya tinggi besar
sehingga sebagian besar orang menganggapnya sebagai keturunan raksasa.
Raja bertubuh raksasa itu memulai serangan terlebih dahulu.
Ia berlari kencang ke depan, diikuti pasukan di belakangnya. Pasukan Pengging
yang berhamburan dan berusaha bangkit tidak sempat lagi bersiap-siap menghadapi
serbuan lawan. Dengan mudahnya Raja Boko menangkap satu persatu tentara Pengging
lalu dilempar tinggi ke udara, tentu saja tentara itu mati ketika jatuh ke
tanah. Pasukan Prambanan juga dengan enaknya membantai pasukan Pengging yang
kocar kacir tak karuan.
Tapi……tiba-tiba muncullah Joko Bandung menghadang laju Raja
Boko. Raja Boko mengayunkan tangan kanannya bermaksud menyambar leher Bandung
Bandawasa namun pemuda itu justru menangkap lengan Raja Boko dan dengan gerakan
super cepat tubuh Raja Boko dilempar kearah prajurit Prambanan.
“Breggg……!”
Tubuh Raja Boko terlempar dan terjerembab kearah para
prajuritnya. Para prajurit yang tertindih raja Boko seketika mati lemas. Raja
Boko masih bermaksud bangkit berdiri namun terlambat. Bandung Bandawasa
meloncat dan menendang pinggangnya. Seketika Raja Boko muntah darah dan tewas
ambruk ke tanah.
Mengetahui rajanya yang perkasa tewas ditangan Bandung
Bandawasa maka prajurit Prambanan takluk menyerahkan diri. Bandung Bandawasa
diantar ke istana. Begitu memasuki istana kaputren ia melihat Roro Jonggrang
yang cantik jelita. Bandung Bandawasa seketika jatuh cinta dan ingin menikahi
gadis itu.
“hamba bersedia diperistri asalkan Paduka
mampu membuatkan seribu candi dan dua buah sumur yang sangat dalam, dalam waktu
satu malam.” Kata Roro Jonggrang.
Diluar dugaan Bandung Bandawasa menyanggupi permintaan Roro
Jonggrang itu. Bandung Bandawasa dibantu para jin dan makhluk halus lainnya
membuat seribu candi. Tengah malam candi itu hanya kurang satu. Melihat
kejadian tersebut, Roro Jonggrang heran dan juga terkejut. Karena bangunan
candi yang begitu banyak sudah hamper selesai.
Roro Jonggrang panik, ia segera memanggil kepala dayang
istana. Bibi Emban cepat memutar otak. Lalu bersama Roro Jonggrang ia
membangunkan gadis – gadis desa Prambanan agar menumbuk padi sambil
memukul-mukulkan alu pada lesung sehingga kedengaran suara yang riuh rendah.
Sementara itu para pemuda desa diperintahkan untuk membakar
kayu dan tumpukan jerami disebelah timur Prambanan.
Akibat dari bunyi lesung yang dipukul berkali-kali itu
membuat ayam jantan diseluruh Prambanan kaget. Ayam jantan pun berkokok
bersahut-sahutan. Mendengar suara-suara tersebut, makhluk halus segera
menghentikan pekerjaannya. Disangkanya hari telah pagi apalagi mereka melihat
warna merah seperti fajar di sebelah timur, mereka mengira matahari hamper
terbit.
Bandung Bandawasa ditinggalkan oleh mereka dan pemuda itu
menuju bangunan candi yang jumlahnya
kurang satu untuk menjadi seribu. Namun ketika sampai disana hari sudah
benar-benar pagi. Matahari sudah menampakkan sinarnya.
Pada saat yang sama, Roro Jonggrang muncul dihadapan Bandung
Bandawasa.
“Sudahlah Raden……Paduka jelas tidak mampu
memenuhi permintaan hamba, maka……!”
“Cukup! Aku tahu ada sesuatu yang tidak
beres!” potong Bandung Bandawasa.
“Raden adalah seorang satria, seorang satria
harus memegang teguh janjinya. Sekarang hari sudah betul-betul pagi. Matahari
sudah menampakkan sinarnya. Dan Raden tidak mampu memenuhi syarat membuat
seribu candi!”
Bandung Bandawasa berdiri tegak dihadapan Roro Jonggrang.
Giginya gemeretak menahan amarah. Roro Jonggrang nampak ketakutan. Ia mundur
beberapa langkah. Bandung Bandawasa mendekati gadis yang dicintainya dan
berkata,
“Roro Jonggrang! Kau ini hanya mencari cari
alasan. Kalau tidak mau jadi istri ku kenapa tidak kau katakan dengan jujur
saja! Kenapa kau gunakan tipu muslihat untuk mengelabuiku. Kau ini keras kepala
seperti batu!”
Ucapan pemuda sakti itu tidak bisa ditarik lagi. Seketika
Roro Jonggrang berubah menjadi arca batu besar di candi Prambanan.
Bandung Bandawasa juga mendatangi anak-anak gadis disekitar
Prambanan yang diperintah membunyikan lesung. Dengan penuh amarah gadis – gadis
ini dikutuk oleh bandung Bandawasa dengan ucapan,
“Kalian telah membantu Roro Jonggrang berbuat
curang! Maka dari sekarang aku kutuk kalian menjadi perawan tua! Kalian tidak
akan laku kawin sebelum mencapai umur tua!”
Demikianlah kisah legenda asal mula Candi Sewu atau Candi
Roro Jonggrang. Candi yang dibuat oleh para makhluk halus, meskipun jumlahnya
belum mencapai seribu disebut Candi Sewu
yang berdekatan dengan Candi Roro Jonggrang. Maka Candi Prambanan disebut juga
Candi Roro Jonggrang.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar