Kamis, 20 April 2017

RORO JONGGRANG


Di Jawa Tengah, pada zaman dahulu ada sebuah kerajaan bernama Pengging. Sang raja mempunyai seorang putera bernama Joko Bandung atau dikenal sebagai Bandung Bandawasa. Joko Bandung adalah seorang pemuda perkasa, seperti halnya sang ayah ia juga mempunyai berbagai ilmu kesaktian yang tinggi.

Tapi sayang Joko Bandung yang sudah dewasa itu belum mau berumah tangga. Suatu saat sang raja memanggilnya. Ia ditanya mengapa belum mau berumah tangga. Joko Bandung ingin menguasai kerajaan Prambanan. Maka Joko Bandung memimpin pasukan Pengging berperang melawan pasukan Prambanan. Pada saat itu kerajaan Prambanan dipimpin oleh Raja Boko. Tubuhnya tinggi besar sehingga sebagian besar orang menganggapnya sebagai keturunan raksasa.
Raja bertubuh raksasa itu memulai serangan terlebih dahulu. Ia berlari kencang ke depan, diikuti pasukan di belakangnya. Pasukan Pengging yang berhamburan dan berusaha bangkit tidak sempat lagi bersiap-siap menghadapi serbuan lawan. Dengan mudahnya Raja Boko menangkap satu persatu tentara Pengging lalu dilempar tinggi ke udara, tentu saja tentara itu mati ketika jatuh ke tanah. Pasukan Prambanan juga dengan enaknya membantai pasukan Pengging yang kocar kacir tak karuan.
Tapi……tiba-tiba muncullah Joko Bandung menghadang laju Raja Boko. Raja Boko mengayunkan tangan kanannya bermaksud menyambar leher Bandung Bandawasa namun pemuda itu justru menangkap lengan Raja Boko dan dengan gerakan super cepat tubuh Raja Boko dilempar kearah prajurit Prambanan.
“Breggg……!”
Tubuh Raja Boko terlempar dan terjerembab kearah para prajuritnya. Para prajurit yang tertindih raja Boko seketika mati lemas. Raja Boko masih bermaksud bangkit berdiri namun terlambat. Bandung Bandawasa meloncat dan menendang pinggangnya. Seketika Raja Boko muntah darah dan tewas ambruk ke tanah.
Mengetahui rajanya yang perkasa tewas ditangan Bandung Bandawasa maka prajurit Prambanan takluk menyerahkan diri. Bandung Bandawasa diantar ke istana. Begitu memasuki istana kaputren ia melihat Roro Jonggrang yang cantik jelita. Bandung Bandawasa seketika jatuh cinta dan ingin menikahi gadis itu.
hamba bersedia diperistri asalkan Paduka mampu membuatkan seribu candi dan dua buah sumur yang sangat dalam, dalam waktu satu malam.” Kata Roro Jonggrang.
Diluar dugaan Bandung Bandawasa menyanggupi permintaan Roro Jonggrang itu. Bandung Bandawasa dibantu para jin dan makhluk halus lainnya membuat seribu candi. Tengah malam candi itu hanya kurang satu. Melihat kejadian tersebut, Roro Jonggrang heran dan juga terkejut. Karena bangunan candi yang begitu banyak sudah hamper selesai.
Roro Jonggrang panik, ia segera memanggil kepala dayang istana. Bibi Emban cepat memutar otak. Lalu bersama Roro Jonggrang ia membangunkan gadis – gadis desa Prambanan agar menumbuk padi sambil memukul-mukulkan alu pada lesung sehingga kedengaran suara yang riuh rendah.
Sementara itu para pemuda desa diperintahkan untuk membakar kayu dan tumpukan jerami disebelah timur Prambanan.
Akibat dari bunyi lesung yang dipukul berkali-kali itu membuat ayam jantan diseluruh Prambanan kaget. Ayam jantan pun berkokok bersahut-sahutan. Mendengar suara-suara tersebut, makhluk halus segera menghentikan pekerjaannya. Disangkanya hari telah pagi apalagi mereka melihat warna merah seperti fajar di sebelah timur, mereka mengira matahari hamper terbit.
Bandung Bandawasa ditinggalkan oleh mereka dan pemuda itu menuju bangunan candi  yang jumlahnya kurang satu untuk menjadi seribu. Namun ketika sampai disana hari sudah benar-benar pagi. Matahari sudah menampakkan sinarnya.
Pada saat yang sama, Roro Jonggrang muncul dihadapan Bandung Bandawasa.
Sudahlah Raden……Paduka jelas tidak mampu memenuhi permintaan hamba, maka……!
Cukup! Aku tahu ada sesuatu yang tidak beres!” potong Bandung Bandawasa.
Raden adalah seorang satria, seorang satria harus memegang teguh janjinya. Sekarang hari sudah betul-betul pagi. Matahari sudah menampakkan sinarnya. Dan Raden tidak mampu memenuhi syarat membuat seribu candi!
Bandung Bandawasa berdiri tegak dihadapan Roro Jonggrang. Giginya gemeretak menahan amarah. Roro Jonggrang nampak ketakutan. Ia mundur beberapa langkah. Bandung Bandawasa mendekati gadis yang dicintainya dan berkata,
Roro Jonggrang! Kau ini hanya mencari cari alasan. Kalau tidak mau jadi istri ku kenapa tidak kau katakan dengan jujur saja! Kenapa kau gunakan tipu muslihat untuk mengelabuiku. Kau ini keras kepala seperti batu!
Ucapan pemuda sakti itu tidak bisa ditarik lagi. Seketika Roro Jonggrang berubah menjadi arca batu besar di candi Prambanan.
Bandung Bandawasa juga mendatangi anak-anak gadis disekitar Prambanan yang diperintah membunyikan lesung. Dengan penuh amarah gadis – gadis ini dikutuk oleh bandung Bandawasa dengan ucapan,
Kalian telah membantu Roro Jonggrang berbuat curang! Maka dari sekarang aku kutuk kalian menjadi perawan tua! Kalian tidak akan laku kawin sebelum mencapai umur tua!
Demikianlah kisah legenda asal mula Candi Sewu atau Candi Roro Jonggrang. Candi yang dibuat oleh para makhluk halus, meskipun jumlahnya belum mencapai seribu  disebut Candi Sewu yang berdekatan dengan Candi Roro Jonggrang. Maka Candi Prambanan disebut juga Candi Roro Jonggrang.


SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar