Dahulu, ada
seorang saudagar yang kaya raya. Saudagar ini perilakunya buruk sekali. Ia
sombong dan kikir. Karena budi pekertinya yang buruk penduduk desa sangat
membencinya.
Pada suatu
hari, sang Saudagar kedatangan seorang pengemis tua berkaki pincang meminta
makanan. Bukannya memberi, saudagaritu malah menghardik dan mencaci maki,
“Enak saja kamu
minta-minta. Kau kira hartaku ini milik nenek moyangmu, sudah……pergi sana!”
Si pengemis
didorong oleh saudagar hingga jatuh tersungkur.mendapat perlakuan seperti itu,
si pengemis pun marah.
“Dasar manusia sombong!
Tunggulah, sebentar lagi kau akan mendapat balasan akibat perbuatanmu ini!” kata si pengemis sambil bangkit
berdiri kemudian pergi tanpa menoleh lagi.
Keesokannya
harinya, ketika saudagar bangun dari tidur, kedua kakinya sulit digerakkan. Ia
tidak mampu bangkit dari tempat tidurnya. Ia pun panik. Ia perintahkan kepada
pegawainya untuk mencari tabib, dukun atau orang sakti untuk mengobati
penyakitnya. Namun, tak satupun orang pintar yang berhasil mengobatinya.
Saudagar itupun berjanji bahwa ia akan memberikan setengah dari harta
kekayaannya, kepada siapa saja yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Mendengar
hal itu, si pengemis berkaki pincang datang kembali dan menjelaskan apa yang
menjadi penyebab lumpuhnya kaki saudagar tersebut.
“Musibah yang menimpa
dirimu disebabkan oleh sifatmu yang sombong dan kikir. Ada beberapa syarat jika
kau ingin sembuh. Pertama, harus rendah hati dan pemurah. Kedua, pergilah
bertapa diatas batu cekung selama tujuh hari tujuh malam. Ketiga, penuhi
janjimu untuk membagi separuh kekayaan kepada orang miskin disekitar rumahmu.”
Dengan
dibantu oleh pelayannya berangkatlah sang saudagar untuk bertapa diatas batu
cekung selama tujuh hari tujuh malam. Pada hari terakhir pertapaan, keajaiban
pun terjadi. Dari pusat batu cekung tersebut menyemburlah sumber mata air
panas. Saudagar itu menghentikan tapanya, lalu ia mandi dengan sumber mata air
panas. Sungguh aneh, kedua kakinya yang semula lumpuh, kini dapat ia gerakkan
kembali. Setelah berendam agak lama ia pun kini dapat berjalan dengan normal
seperti sedia kala.
Setelah
yakin sembuh pulih seperti sedia kala, saudagar itu kembali ke rumahnya. Ia
memenuhi janjinya untuk membagi-bagikan separuh harta kekayaannya kepada orang-orang
miskin disekitar tempat tinggalnya. Ia betul-betul telah berubah. Jika ada
pengemis datang buru-buru ia memberikan uang atau makanan sepantasnya.
Ketika
menikah ia tidak memilih putri orang kaya melainkan memilih gadis desa anak
seorang petani miskin. Kiranya pengalaman pahitnya dulu tak bisa berjalan telah
membuatnya insyaf, tidak lagi sombong, melainkan suka menolong sesama.
Orang-orang yang dulu membencinya kini berbalik menyukainya. Perdagangannya
semakin lancar, ia bertambah kaya raya.
Penduduk
setempat menyebut istilah cekung dengan Kuwung, maka Batu Cekung yang telah
menjadi sebab kesembuhan si saudagar disebut juga dengan Batu Kuwung. Konon,
berbagai macam penyakit dapat sembuh apabila mandi dengan sumber mata air panas
Batu Kuwung yang terletak di kaki Gunung Karang.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar