HORATIO NELSON

HORATIO NELSON
PENDEKAR LAUTAN YANG TAK KENAL TAKUT


HORATIO NELSON (1758-1805) lahir disebuah desa kecil di Norfolk, di pantai Timur Inggris. Ibunya meninggal tatkala ia berusia 9 tahun. Nelson bertubuh ceking, serta lemah dan suka sakit-sakitan. Namun demikian dia tidak pernah mengenal rasa takut. Sudah sejak kecil ia bercita-cita ingin berlayar, seperti pamannya, yang menjabat sebagai seorang perwira dalam sebuah kapal perang Inggris.

Kenangan masa kecilnya, membuktikan bahwa Horatio tidak mengenal apa itu rasa takut. Pada suatu hari, Horatio tersesat jalan. Saat itu ia pergi bersama seorang temannya mencari sarang burung. Temannya pulang sendiri. Sementara itu Horatio tersesat. Dia tidak tahu jalan pulang. Menjelang malam, neneknya, yang mengasuhnya, menjadi cemas. Beberapa tetangga disuruhnya untuk mencari Horatio. Akhirnya Horatio ditemukan duduk ditepi sebuah sungai menikmati gemerciknya air.

Sesampainya di rumah Horatio ditanyai oleh neneknya, “Aku heran, mengapa kau tidak berusaha mencari jalan pulang?” Apakah kamu tidak takut disana sendirian sampai malam?”

Horatio balik bertanya, “Apa itu ‘takut’ , Nek? Aku belum pernah merasakannya!”

Semenjak usia 12 tahun, sampai dengan kematiannya, sebagian besar hidupnya dihabiskan dilautan. Pelayarannya yang pertama ke Hindia Barat, ikut dengan sebuah kapal dagang.

Dalam usia 15 tahun, dia berlayar ke daerah Kutub Utara. Ada suatu kisah menarik disini.
Pada suatu malam yang bertaburkan bintang, diam-diam Horatio keluar dari kapal, bersama seorang teman. Maksudnya untuk menembak beruang. Ketika mereka melihat seekor beruang, mereka menembaknya. Tetapi celaka, beruang itu hanya terluka, yang menyebabkan kemarahan si beruang bertambah. Horatio dan rekannya bisa menyelamatkan diri dengan melompat ke seberang sebuah retakan es yang luas. Beruang itu berusaha melompati retakan es itu. Horatio bertahan diri dengan gagang senapannya.
Suara tembakannya terdengar sampai kapal. Para awak kapal turun ke darat dan bersama sama mereka mengusir beruang itu.
Setibanya di kapal, Horatio dimarahi oleh kaptennya. Ia ditanya, mengapa sampai dia berani bertaruh nyawa hanya untuk membunuh seekor beruang? Horatio menyahut, “Aku hendak membawa kulitnya untuk oleh-oleh kepada ayahku.”

Horatio Nelson selalu tampil paling depan disetiap medan pertempuran. Oleh karena itu, lengan sebelah kanannya menjadi korban. Peristiwanya terjadi dalam penyerbuan ke sebuah pulau jajahan Spanyol bernama Teneriffe, letaknya dipantai barat-laut Afrika. Nelson beserta beberapa anak buahnya mencoba menyelinap ke sarang musuh, pada tengah malam. Begitu Nelson melangkah turun dari perahu kecil yang membawanya ke darat, terdengar suara tembakan. Sikunya tertembak. Dalam penyerbuan yang gagal itu, Nelson dibawa kembali ke kapal. Sesampainya di kapal berserulah ia, “Cepat panggil dokter. Siapkan peralatan. Potong lenganku, karena aku tahu, cepat atau lambat, lengan ini tidak bisa ku pergunakan lagi!”

Dalam pertempurannya yang terdahulu, Nelson sudah kehilangan sebelah matanya. Ini terjadi dalam sebuah pertempuran di Laut Tengah. Pada suatu saat, tembakan meriam menghujam tanah di dekatnya. Tanah, pasir dan batu-batu kerikil bertaburan menciprati mukanya, sebuah batu tajam mengenai sebelah matanya. Meskipun sebenarnya lukanya cukup parah, namun Nelson tidak mengeluh. Akhirnya mata itu tidak bisa untuk melihat lagi.

Nelson memimpin pertempuran-pertempuran besar. Semuanya memperoleh kemenangan yang menakjubkan. Tiga yang terbesar adalah Pertempuran di Sungai Nil, bulan Agustus 1798, Pertempuran di Lautan Baltik, 1 April 1801, dan Pertempuran Trafalgar tahun 1805.

Dalam pertempuran di Sungai Nil, Nelson bertemu lawan tangguh dari Perancis, dibawah pimpinan Napoleon. Perancis berniat merebut India dari tangan Inggris. Langkah pertama untuk mendapatkan kemenangan ini adalah dengan menaklukan Mesir. Dalam pertempuran sengit ini hampir seluruh armada Perancis dihancurkan, kecuali dua kapal yang berhasil lolos. Untuk kemenangan besar ini, Nelson diangkat menjadi seorang laksamana dan menerima gelar Lord Nelson dari Sungai Nil.

Dalam pertempuran di Lautan Baltik, tugas Nelson menyerang benteng Denmark di Kopenhagen di pintu masuk Lautan Baltik. Armada Denmark telah bersekutu dengan armada Napoleon untuk menghancurkan jalur perdagangan Inggris.
Kemenangan berada di pihak Nelson, namun dengan jumlah korban yang mencapai ribuan orang.

Pertempuran terakhir dan yang terbesar, terjadi di Tanjung Trafalgar, di pojok tenggara Spanyol. Pertempuran itu terjadi pada hari Minggu, 21 Oktober 1805. Pertempuran berlangsung sangat sengit, dalam jarak yang berdekatan. Nelson mengenakan pakaian lengkap, gemerlapan, dengan seluruh bintang dan medali perolehannya tersemat di dada. Dengan penuh semangat dia menyerukan, “Victory!”. Tentu saja ia menjadi sasaran empuk senapan musuh. Laksamana Nelson tewas tidak lama kemudian, setelah Inggris memperoleh kemenangan gemilang. Sang Laksamana tewas dengan hati yang tenang, dan dia sempat mengucap, “Terima kasih Tuhan, aku telah menyelesaikan tugasku dengan baik.”

Untuk mengenang jasa-jasanya, didirikan sebuah monumen dengan patung seluruh tubuh diatas tiang tinggi, dikelilingi patung-patung singa yang indah, di Lapangan Trafalgar, di pusat kota London.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar