PENDEKAR LAUTAN YANG TAK KENAL TAKUT
Kenangan masa kecilnya, membuktikan
bahwa Horatio tidak mengenal apa itu rasa takut. Pada suatu hari, Horatio
tersesat jalan. Saat itu ia pergi bersama seorang temannya mencari sarang
burung. Temannya pulang sendiri. Sementara itu Horatio tersesat. Dia tidak tahu
jalan pulang. Menjelang malam, neneknya, yang mengasuhnya, menjadi cemas.
Beberapa tetangga disuruhnya untuk mencari Horatio. Akhirnya Horatio ditemukan
duduk ditepi sebuah sungai menikmati gemerciknya air.
Sesampainya di rumah Horatio ditanyai
oleh neneknya, “Aku heran, mengapa kau
tidak berusaha mencari jalan pulang?” Apakah kamu tidak takut disana sendirian
sampai malam?”
Horatio balik bertanya, “Apa itu ‘takut’ , Nek? Aku belum pernah
merasakannya!”
Semenjak usia 12 tahun, sampai dengan
kematiannya, sebagian besar hidupnya dihabiskan dilautan. Pelayarannya yang
pertama ke Hindia Barat, ikut dengan sebuah kapal dagang.
Dalam usia 15 tahun, dia berlayar ke
daerah Kutub Utara. Ada suatu kisah menarik disini.
Pada suatu malam yang bertaburkan
bintang, diam-diam Horatio keluar dari kapal, bersama seorang teman. Maksudnya
untuk menembak beruang. Ketika mereka melihat seekor beruang, mereka
menembaknya. Tetapi celaka, beruang itu hanya terluka, yang menyebabkan
kemarahan si beruang bertambah. Horatio dan rekannya bisa menyelamatkan diri
dengan melompat ke seberang sebuah retakan es yang luas. Beruang itu berusaha
melompati retakan es itu. Horatio bertahan diri dengan gagang senapannya.
Suara tembakannya terdengar sampai
kapal. Para awak kapal turun ke darat dan bersama sama mereka mengusir beruang
itu.
Setibanya di kapal, Horatio dimarahi
oleh kaptennya. Ia ditanya, mengapa sampai dia berani bertaruh nyawa hanya
untuk membunuh seekor beruang? Horatio menyahut, “Aku hendak membawa kulitnya untuk oleh-oleh kepada ayahku.”
Horatio Nelson selalu tampil paling
depan disetiap medan pertempuran. Oleh karena itu, lengan sebelah kanannya
menjadi korban. Peristiwanya terjadi dalam penyerbuan ke sebuah pulau jajahan
Spanyol bernama Teneriffe, letaknya dipantai barat-laut Afrika. Nelson beserta
beberapa anak buahnya mencoba menyelinap ke sarang musuh, pada tengah malam.
Begitu Nelson melangkah turun dari perahu kecil yang membawanya ke darat,
terdengar suara tembakan. Sikunya tertembak. Dalam penyerbuan yang gagal itu,
Nelson dibawa kembali ke kapal. Sesampainya di kapal berserulah ia, “Cepat panggil dokter. Siapkan peralatan.
Potong lenganku, karena aku tahu, cepat atau lambat, lengan ini tidak bisa ku
pergunakan lagi!”
Dalam pertempurannya yang terdahulu,
Nelson sudah kehilangan sebelah matanya. Ini terjadi dalam sebuah pertempuran
di Laut Tengah. Pada suatu saat, tembakan meriam menghujam tanah di dekatnya.
Tanah, pasir dan batu-batu kerikil bertaburan menciprati mukanya, sebuah batu
tajam mengenai sebelah matanya. Meskipun sebenarnya lukanya cukup parah, namun
Nelson tidak mengeluh. Akhirnya mata itu tidak bisa untuk melihat lagi.
Nelson memimpin
pertempuran-pertempuran besar. Semuanya memperoleh kemenangan yang menakjubkan.
Tiga yang terbesar adalah Pertempuran di
Sungai Nil, bulan Agustus 1798, Pertempuran
di Lautan Baltik, 1 April 1801, dan Pertempuran
Trafalgar tahun 1805.
Dalam pertempuran di Sungai Nil,
Nelson bertemu lawan tangguh dari Perancis, dibawah pimpinan Napoleon. Perancis
berniat merebut India dari tangan Inggris. Langkah pertama untuk mendapatkan
kemenangan ini adalah dengan menaklukan Mesir. Dalam pertempuran sengit ini
hampir seluruh armada Perancis dihancurkan, kecuali dua kapal yang berhasil
lolos. Untuk kemenangan besar ini, Nelson diangkat menjadi seorang laksamana
dan menerima gelar Lord Nelson dari Sungai Nil.
Dalam pertempuran di Lautan Baltik,
tugas Nelson menyerang benteng Denmark di Kopenhagen di pintu masuk Lautan
Baltik. Armada Denmark telah bersekutu dengan armada Napoleon untuk
menghancurkan jalur perdagangan Inggris.
Kemenangan berada di pihak Nelson,
namun dengan jumlah korban yang mencapai ribuan orang.
Pertempuran terakhir dan yang
terbesar, terjadi di Tanjung Trafalgar, di pojok tenggara Spanyol. Pertempuran
itu terjadi pada hari Minggu, 21 Oktober 1805. Pertempuran berlangsung sangat
sengit, dalam jarak yang berdekatan. Nelson mengenakan pakaian lengkap,
gemerlapan, dengan seluruh bintang dan medali perolehannya tersemat di dada.
Dengan penuh semangat dia menyerukan, “Victory!”.
Tentu saja ia menjadi sasaran empuk senapan musuh. Laksamana Nelson tewas tidak
lama kemudian, setelah Inggris memperoleh kemenangan gemilang. Sang Laksamana
tewas dengan hati yang tenang, dan dia sempat mengucap, “Terima kasih Tuhan, aku telah menyelesaikan tugasku dengan baik.”
Untuk mengenang jasa-jasanya, didirikan
sebuah monumen dengan patung seluruh tubuh diatas tiang tinggi, dikelilingi
patung-patung singa yang indah, di Lapangan Trafalgar, di pusat kota London.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar