Kamis, 27 April 2017

ASAL MULA KOTA DUMAI


Dahulu kala ada sebuah kerajaan yang bernama Seri Bunga Tanjung yang diperintah oleh Ratu Cik Sima. Ia memiliki tujuh orang putri yang sangat cantik-cantik dengan sebutan Putri Tujuh. Putri bungsu yang bernama Mayang Sari adalah putri yang tercantik diantara ke enam saudaranya. Putri Mayang Sari dikenal juga dengan nama Mayang Mengurai.

Suatu ketika, ketujuh putri mandi di Lubuk Umai. Mereka tidak menyadari bahwa Pangeran Empang Kuala sedang mengintipnya dari balik semak-semak. Sang Pangeran sangat terpesona melihat kecantikan salah satu putri. Pangeran Empang Kuala pun bergumam lirih,

“Gadis cantik di Lubuk Umai, cantik di Umai. Ya , ya d’umai, d’umai……” gumam Pangeran Empang Kuala.

Selanjutnya, ia pun mengirim utusan untuk meminang sang putri. Pinangan itu disambut baik oleh Ratu Cik Sima. Namun menurut adat, putri tertualah yang berhak menerima pinangan terlebih dahulu. Utusan tersebut kembali menghadap Sang Pangeran.

“Ampun Baginda Raja! Keluarga Kerajaan Seri Bunga Tanjung belum bersedia menerima pinangan Tuan untuk memperistrikan Putri Mayang Mengurai.”
“Mengapa belum bersedia? Apa alasannya?” tanya Raja dengan hati tak tenang.
“Berdasarkan adat yang berlaku disana, puteri tertualah yang harus menikah terlebih dahulu Tuan.”
“Aku tidak peduli, Putri Mayang Mengurai harus menjadi istri anakku.” kata Sang Raja.

Sang Pangeran segera memerintahkan pasukannya untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Maka, pertempuran antara kedua kerajaan itu tak dapat dielakkan lagi. Pertempuran yang terjadi sangat dahsyat, sehingga Ratu Cik Sima harus segera menyembunyikan ke tujuh putrinya di sebuah gua di hutan.
Setelah itu, Sang Ratu kembali menghadapi pasukan Pangeran Empang Kuala. Sudah tiga bulan berlalu, tetapi pertempuran itu tak kunjung usai. Setelah memasuki bulan keempat, rakyat Negeri Seri Bunga Tanjung banyak yang tewas.
Diceritakan juga bahwa pasukan Pangeran Empang Kuala juga sangat letih menghadapi pertempuran itu. Pasukan Sang Pangeran beristirahat dan berlindung di bawah pohon bakau di hilir Sungai Umai. Menjelang malam, secara tiba-tiba pasukan Pangeran Empang Kuala tertimpa beribu-ribu buah bakau yang jatuh dan menusuk ke badan. Melihat kenyataan itu, Sang Pangeran memerintahkan pasukannya segera untuk pulang ke Negeri Empang Kuala.
Ratu Cik Sima pun sangat bersyukur dengan kabar gembira tersebut. Keesokkan harinya ia pun pergi ke hutan untuk melihat ketujuh putrinya, tetapi alangkah terkejutnya Sang Ratu, karena mereka semua sudah tidak bernyawa lagi akibat kelaparan.
Ratu teringat bahwa bekal makanan anaknya hanya cukup untuk tiga bulan saja, sedangkan peperangan terjadi selama empat bulan. Ratu Cik Sima pun akhirnya jatuh sakit dan tak lama kemudian Sang Ratu meninggal dunia.
Dari cerita tersebut, masyarakat Dumai meyakini bahwa nama kota Dumai diambil dari kata d’umai, seperti yang pernah diucapkan Pangeran Empang Kuala.


SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar