Levi Strauss adalah seorang warga New York yang ingin mengadu untung ke daerah Barat, di California, untuk ikut mencari emas.
Saudara-saudara Levi Strauss menertawakan
keinginan pemuda ini. Seorang abangnya berkata, “Jadi kau mau berebut emas
dengan orang-orang nekat, yang rela meninggalkan keluarga untuk mencari emas?
Mereka banyak yang asalnya penjahat. Kau akan tewas tergencet, Levi……”
Nama Levi Strauss (1829-1902) abadi
sampai sekarang. Satu merek pakaian dan perlengkapan “jeans” mengambil namanya.
Dengan simbol yang menunjukkan ciri-ciri khas bahan pakaian dan jahitan yang
kuat. Kegemaran untuk memakai jeans, baik celana, jaket, kemeja, juga tas dan
topi, menjadi mode dunia. Siapa pelopor dari demam jeans semacam ini?
Levi Strauss adalah seorang warga New
York yang ingin mengadu untung ke daerah Barat, di California, untuk ikut
mencari emas. Gerakan besar-besaran semacam ini dikenal dengan nama Gold Rush (Pencarian Emas).
Mungkin Levi berasal dari keluarga
penjahit, soalnya bekal yang dibawanya adalah segulung kain “denim” warna biru.
Denim adalah jenis kain yang kuat tapi lunak, yang mengambil nama dari sebuah
kota di Prancis di tempat mana kain jenis ini ditenun : Nimes. Kain macam itu
disebut “ de Nimes” yang artinya “berasal dari Nimes”. Sebutan itu lalu
disigkat menjadi “denim”.
Saudara-saudara Levi Strauss
menertawakan keinginan pemuda ini. Seorang abangnya berkata “Jadi kau mau
berebut emas dengan orang-orang nekat, yang rela meninggalkan keluarga untuk
mencari emas? Mereka banyak yang asalnya penjahat. Kau akan tewas tergencet,
Levi……”
Namun pemuda itu tidak mengurungkan
niatnya. “Kalaupun aku tidak menemukan emas, aku bisa berdagang kain denim
untuk tenda, atau atap kereta.”
Di San Fransisco, levi bertemu
seorang tukang tambang. Orang itu berperawakan kekar dan kokoh, seperti
hidupnya selalu di perbukitan. Tukan Tambang itu bertanya, “Nak, apa uang kau
bawa itu?”
Levi menggelar gelondong kain
denimnya. “Ini, bisa untuk tenda atau atap kereta.”
Tukang tambang itu tertawa
terbahak-bahak. “Kami disini tidak membutuhkan kemah atau kereta. Yang kami
butuhkan celana, Nak.”
“Celana?” Levi mengernyitkan
keningnya. Pikirannya mengambang. Ya, ada sesuatu yang tiba-tiba mengusik
benaknya.
“Ya Nak, pekerjaan bertambang sangat
berat. Tentunya kami membutuhkan celana lebih banyak. Sebentar saja celana kami
sobek-sobek.” Dia menunjukkan celananya yang sudah rombeng, kusam kumuh dan
sobek-sobek, meski baru dipakai beberapa minggu saja.
Levi pun memperoleh suatu gagasan.
Segera ia mengajak sang teman ke seorang penjahit. Kepada penjahit, Levi
menunjukkan bahan denimnya. Dia memesan dua pasang celana, satu untuk
sahabatnya dan satu lagi untuk dirinya sendiri.
Sang penjahit memeriksa bahan pakaian
itu berlama-lama. Dirabanya permukaannya. Oh sungguh tebal sekali! Dia
menggeleng, jawabnya, “Kain ini tidak bisa dijahit dengan benang biasa. Aku
harus menjahitnya dengan jarum dan benang sepatu.”
“Baiklah, pokoknya jadi!” sahut Levi.
Beberapa hari kemudian pesanan itu
jadi. Tukang tambang itu mencoba celana barunya. Rupanya dia puas dengan
hasilnya. Kemana saja, bukan hanya saat bekerja saja, malahan ke kedai-kedai
minum, dia memakainya. Saking bangganya, dia memamerkannya ke seluruh pelosok
San Fransisco, ditempat mana tukang-tukang tambang suka pelesir.
Segera nama Levi terkenal di daerah
itu. Banyak tukang tambang memesan celana semacam yang dibuat Levi. Levi sampai
kekurangan bahan. Dia minta dikirim bahan denim dari New York. Tulisannya dalam
suratnya, “Borong semua denim yang ada di New York!”
Levi memang tidak pernah sampai ke
daerah pertambangan emas yang sesungguhnya. Dia tetap tinggal di San Fransisco.
Usahanya menerima pesanan para tukang tambang yang memerlukan celana yang kuat
dan tahan lama. Mula mula modelnya biasa. Namun kemudian orang menyukai yang
ketat.
Dua puluh tahun kemudian, Levi
benar-benar sibuk dengan pesanan. Modelpun berkembang sesuai perkembangan
zaman. Seorang tukang tambang yang dikenal dengan nama “Alkali Ike”
mengutarakan keluhannya pada penjahitnya di Virginia City, bahwa saku-saku
celananya mudah jebol pada sudut-sudutnya. Maklumlah, sebab para tukang tambang
suka membawa batu-batu karang besar yang mengandung emas, yang mereka masukkan
ke dalam saku. Dalam waktu satu atau dua
minggu saja saku-sakunya sudah pada jebol. Sang penjahit lalu mencoba
membuatnya secara khusus, dengan meminta bantuan tukan pakaian kuda, agar
memperkuat pojok-pojok saku dengan paku tembaga yang biasa dipakai untuk
memperkuat abah-abah kuda.
Mula-mula model ini banyak yang
menertawakannya. Tetapi bagi Ike, hal ini tidak membuatnya malu. Dia merasa
puas, karena sakunya jadi kuat dan tidak mudah robek.
Gagasan baru muncul dalam benak Levi.
Dia pun mencipta model celana jeans dengan saku-saku yang dikuatkan dengan
paku-paku tembaga, serta ditempat-tempat lain yang memungkinkan, agar celana
denim itu awet dipakai.
Levi meninggal pada tahun 1902, pada
usia 72 tahun. Ke empat keponakannya yang akhirnya melanjutkan usahanya. Hak
patennya lama-lama habis masa berlakunya, sehingga banyak yang menirunya. Maka
munculah berbagai merek celana jeans, dengan berbagai variasinya. Namun
demikian, nama Levi telah terlanjur dikenal sebagai penciptanya, sehingga
selain orang menyebutnya celana “jean” atau “denim”, juga celana “Levi”.
Mula-mula celana jeans hanya dipakai
orang-orang yang bekerja berat dilapangan, seperti tukang tambang, pemburu,
pemancing, koboi, juga tukang rel. Baru sekitar tahun 1930-an celana jeans
dikenal luas. Saat itu banyak pemilik ranch menyewakan ranch nya untuk para
wisatawan, dengan acara belajar menunggang kuda dan berburu, dan tentu saja
mengenakan jeans (Levi). Maka orang pun mulai mengenakan celana jeans.
Sekarang celana jeans digemari oleh
semua kalangan masyarakat dari para pekerja kasar sampai dengan presiden.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar