TERSEBUTLAH PADA AWAL ZAMAN, Batara Guru menciptakan seorang perempuan
cantik dan diberi nama Retno Dumilah. Karena cantiknya, Batara Guru jatuh cinta
sama ciptaannya itu. Retno Dumilah tidak mau, dan baru mau kalau diberi tanda
mata yang berupa makanan yang tidak membosankan, pakaian yang tidak pernah
rusak, dan aneka gamelan yang dapat berbunyi sendiri. Bila segala permintaannya
dapat dipenuhi, maka Retno Dumilah bersedia jadi isrtrinya. Tetapi bila
sebaliknya, maka dia memilih mati daripada kulitnya disentuh oleh Batara Guru.
Maka dari itu, Batara Guru lalu mengirim utusan ke bumi untuk mencari segala
permintaan Retno Dumilah itu.
Utusannya di tengah jalan bertemu dengan Dewi Sri, istri Batara Wishnu.
Utusan tadi lalu jatuh cinta pada Dewi Sri. Dewi Sri selalu diikutinya dan
dirayunya. Dewi Sri yang merasa bising mendengar omongan utusan itu menjadi
marah, dan utusan tadi dikutuknya menjadi babi hutan. Karena dendamnya, babi
hutan itu selalu mengikuti Dewi Sri dan lupa pada tugasnya untuk mencari
apa-apa yang dipesankan Batara Guru.
Sedangkan Batara Guru menunggu utusannya kembali, tidak dapat lagi
menahan keinginannya. Retno Dumilah dirangkulnya. Pada waktu itu, berlakulah
ketentuan Dewata. Retno Dumilah meninggal di pangkuan Batara Guru, sesuai
dengan sumpahnya sendiri. Batara Guru ingat akan janjinya dan segera mencarikan
segala yang menjadi kehendaknya. Dicobanya menghidupkan kembali dengan segala
daya upaya. Tetapi sia-sia. Maka mayat putri cantik itu dikuburkan. Lama-lama
dari kuburan Retno Dumilah tumbuh bermacam-macam tanaman yang kesemuanya masih
asing bagi penduduk disekitar tempat itu. Dari kepalanya tumbuhpohon kelapa,
dari tubuhnya timbul tanaman padi dan enau, dari tangannya tumbuh pohon yang
buahya tergantung, dan dari kakinya timbul tanaman yang berumbi seperti talas,
ubi dan lainnya. Padi yang tumbuh di tubuh Retno Dumilah itulah yang sekarang
disebut padi Gogo.
Sementara itu, Dewi Sri yang dikejar-kejar babi hutan itu merasa diri
tidak tahan lagi hidup di dunia, dan meminta kepada Dewata supaya dirinya
diambil saja. Permintaan dikabulkan. Pada waktu itu juga dia lalu musnah. Pada
tempat musnahnya, lalu tumbuh tanaman padi. Padi ini kemudian ditanamkan orang
di sawah.
Adapun babi hutan yang selalu mengejar Dewi Sri, setelah matinya, dari
tubuhnya keluar berbagai macam hama perusak tanaman padi, seperti walang,
tikus, dan lain sebagainya. Untuk melawan hama ini, Dewi Sri kadang-kadang
mengirimkan ular sawah ke bumi untuk menangkap tikus. Begitu pula burung
Gelatik mulai datang dan hinggap memakan buliran-buliran padi, sebagai pertanda
bahwa padi telah tua dan panen harus segera dilaksanakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar