Jumat, 12 Mei 2017

HIDUNG PANJANG SI GAJAH

Pada jaman dahulu, tinggallah sekawanan gajah di hutan. Ketika itu hidung mereka masih berupa tonjolan pendek, seperti hidung kebanyakan hewan yang lain. Mereka harus menunduk dan mencium-cium tanah mencari makanan. Dan kalau mandi, mereka harus masuk ke air membenamkan diri serta menggosok-gosokkan badan mereka ke batu sungai.

Suatu hari seekor gajah duduk di tepI sungai minum. Ketika membungkuk, tiba-tiba seekor buaya yang kelaparan menyambar hidung gajah, menggigitnya dan kembali menyelam sambil berusaha menarik gajah itu ke dalam air. Tentu saja si gajah bertahan. Ia berusaha menarik kembali hidungnya dari mulut buaya yang berbau busuk itu.

Malam semakin dingin dan bulan tersenyum geli menyaksikannya. Akhirnya hidung gajah mulai memanjang. Mula-mula sepuluh centi, lalu dua puluh lima centi, lima puluh, satu meter……dua meter……dan ketika fajar menyingsing, hidung gajah menjadi dua meter lebih panjangnya. Sang matahari yang baru bangun menggosok-gosokkan matanya dengan takjub. Dan segenap alam membuka mata lebar-lebar, terheran-heran.

Ketika mulai bosan dengan permainan tarik menarik hidung itu, gajah menyentakkan dengan tiba-tiba sehingga buaya terpental dengan keras, menimpa batu-batuan dan mati. Gajah sendiri sangat heran dengan kekuatan hidungnya yang panjang itu. Dicobanya untuk menyentuh punggungnya, meraih pucuk-pucuk pohon mangga, mengangkat batu yang besar,……semua itu dapat dikerjakannya dengan mudah! Maka dengan riang ia kembali bergabung dengan kawan-kawannya.

Tetapi, apa yang terjadi? Semua gajah tercengan melihatnya. Mereka ketakutan,

“Dia telah terkena sihir,” kata mereka.

Dan gajah itupun dikucilkan oleh teman-temannya. Dengan sedih menyingkirlah ia jauh ke dalam hutan. Kemudian datanglah musim kemarau. Daun-daun dan rumput layu kekeringan. Makanan untuk gajah tidak ada lagi, karena dahan-dahan yang muda telah habis mereka lahap. Gajah-gajah itu merasa putus asa. Akan halnya gajah berhidung panjang yang mereka usir dahulu, muncul dengan badan segar, tanpa kekurangan suatu apapun. Sebab dia dapat makan daun-daunan dari pepohonan yang tinggi, yang tak dapat diraih oleh teman-temannya.


Barulah kawanan gajah itu sadar bahwa hidung yang panjang akan bermanfaat sekali. Maka mereka pun beramai-ramai mengadakan perjanjian tarik hidung dengan buaya di sungai. Imbalannya, makan siang bagi buaya. Akhirnya hidung setiap gajah dalam kawanan itu panjang-panjang. Mulai saat itu mereka dapat menyemprotkan air ke tubuh mereka, makan tanpa harus membungkuk-bungkuk, minum dapat sambil berdiri. Semua itu dapat dilakukan karena hidung mereka yang panjang. Juga kini mereka dapat menempelkan lumpur ke bagian tubuh yang sakit, dan tentunya……juga untuk menghancurkan lawan dengan sekali pukul. Kawanan gajah keturunan mereka dengan sendirinya berhidung panjang pula, tanpa bantuan buaya, seperti yang kita lihat sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar