Pada jaman dahulu, tinggallah
sekawanan gajah di hutan. Ketika itu hidung mereka masih berupa tonjolan
pendek, seperti hidung kebanyakan hewan yang lain. Mereka harus menunduk dan
mencium-cium tanah mencari makanan. Dan kalau mandi, mereka harus masuk ke air
membenamkan diri serta menggosok-gosokkan badan mereka ke batu sungai.
Suatu hari seekor gajah duduk di tepI
sungai minum. Ketika membungkuk, tiba-tiba seekor buaya yang kelaparan
menyambar hidung gajah, menggigitnya dan kembali menyelam sambil berusaha
menarik gajah itu ke dalam air. Tentu saja si gajah bertahan. Ia berusaha
menarik kembali hidungnya dari mulut buaya yang berbau busuk itu.
Malam semakin dingin dan bulan
tersenyum geli menyaksikannya. Akhirnya hidung gajah mulai memanjang. Mula-mula
sepuluh centi, lalu dua puluh lima centi, lima puluh, satu meter……dua
meter……dan ketika fajar menyingsing, hidung gajah menjadi dua meter lebih
panjangnya. Sang matahari yang baru bangun menggosok-gosokkan matanya dengan
takjub. Dan segenap alam membuka mata lebar-lebar, terheran-heran.
Ketika mulai bosan dengan permainan
tarik menarik hidung itu, gajah menyentakkan dengan tiba-tiba sehingga buaya
terpental dengan keras, menimpa batu-batuan dan mati. Gajah sendiri sangat
heran dengan kekuatan hidungnya yang panjang itu. Dicobanya untuk menyentuh
punggungnya, meraih pucuk-pucuk pohon mangga, mengangkat batu yang
besar,……semua itu dapat dikerjakannya dengan mudah! Maka dengan riang ia
kembali bergabung dengan kawan-kawannya.
Tetapi, apa yang terjadi? Semua gajah
tercengan melihatnya. Mereka ketakutan,
“Dia telah terkena sihir,” kata mereka.
Dan gajah itupun dikucilkan oleh
teman-temannya. Dengan sedih menyingkirlah ia jauh ke dalam hutan. Kemudian
datanglah musim kemarau. Daun-daun dan rumput layu kekeringan. Makanan untuk
gajah tidak ada lagi, karena dahan-dahan yang muda telah habis mereka lahap.
Gajah-gajah itu merasa putus asa. Akan halnya gajah berhidung panjang yang
mereka usir dahulu, muncul dengan badan segar, tanpa kekurangan suatu apapun.
Sebab dia dapat makan daun-daunan dari pepohonan yang tinggi, yang tak dapat
diraih oleh teman-temannya.
Barulah kawanan gajah itu sadar bahwa
hidung yang panjang akan bermanfaat sekali. Maka mereka pun beramai-ramai
mengadakan perjanjian tarik hidung dengan buaya di sungai. Imbalannya, makan
siang bagi buaya. Akhirnya hidung setiap gajah dalam kawanan itu
panjang-panjang. Mulai saat itu mereka dapat menyemprotkan air ke tubuh mereka,
makan tanpa harus membungkuk-bungkuk, minum dapat sambil berdiri. Semua itu
dapat dilakukan karena hidung mereka yang panjang. Juga kini mereka dapat
menempelkan lumpur ke bagian tubuh yang sakit, dan tentunya……juga untuk
menghancurkan lawan dengan sekali pukul. Kawanan gajah keturunan mereka dengan
sendirinya berhidung panjang pula, tanpa bantuan buaya, seperti yang kita lihat
sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar