Akal sehat adalah anugerah Dewa. Kini
orang mengenal akal sehat. Sebenarnya hal itu terjadi karena suatu peristiwa
yang tidak disengaja menimpa Laba-laba.
Pada saat bumi masih baru, Nyame,
sang Dewa Langit, memberikan semua akal sehat di dunia kepada Laba-laba. Tentu
saja Laba-laba berusaha memilikinya sendiri. Akal sehat itu dimasukkannya ke
dalam sebuah belanga tanah liat besar dan ditutup rapat-rapat.
“Sungguh bahagia aku memiliki semua akal sehat di dunia,” kata Laba-laba dalam hati.
“Suatu saat kelak aku akan menjadi seorang raja, karena aku satu-satunya
mahkluk yang memiliki akal sehat. Aku harus menyembunyikannya rapat-rapat,
dimana tidak seorang pun bisa menemukannya.”
Laba-laba berlari menyusuri hutan
sekuat kedelapan kaki-kakinya bisa membawanya. Dia mencari sebuah tempat untuk
menyembunyikan belanga berisi akal sehat.
“Kau hendak ke mana?” tanya Kura-kura.
“Hai, ke mana kau?” seru Kelinci.
“Kenapa kau berjalan tergesa-gesa?”
Tetapi Laba-laba tidak menjawab. Dia
meneruskan larinya, mencari sebuah tempat untuk menyembunyikan akal sehat.
“Ya, aku tahu tempat sembunyi yang paling aman,” katanya dalam hati.
“Aku akan menyembunyikannya di puncak pohon tertinggi di hutan ini.”
Akhirnya Laba-laba menemukan pohon
tersebut, yaitu sebuah pohon kapas besar. Akar-akarnya menonjol ke permukaan
tanah, cukup besar untuk menyembunyikan seekor gajah. Batangnya yang sebesar
bukit, cukup luas untuk tinggal Laba-laba bersama keluarganya. Pada bagian
puncak, cabang-cabangnya melebar seperti sebuah payung, dan diselimuti dengan
daun-daun lunak berwarna keperakan, serta buah-buah kapas mirip kabut tipis.
“Disini tempat paling baik untuk menyembunyikannya,” kata Laba-laba dalam hati.
“Tidak ada mahkluk lain yang bisa memanjatnya, karena tidak ada
cabang-cabangnya di dekat tanah.”
Maka kembalilah Laba-laba ke tempat
di mana dia meninggalkan belanga berisi akal sehat. Dibawanya benda itu ke kaki
pohon besar tersebut. Namun ternyata pohon kapas raksasa itu sangat sulit di
panjat.
Laba-laba memiliki kaki lebih banyak
dari mahkluk-mahkluk lain di dunia. Manusia hanya memiliki dua kaki, binatang
memiliki empat kaki, sedangkan dia memiliki delapan kaki. Karena itu dia
percaya dengan kemampuan dirinya.
Laba-laba mengikat belanga tersebut
mengitari lehernya dengan seutas tali yang kuat. Belanga itu bergelantungan
tepat didepan tubuhnya. Kemudian bersiaplah dia untuk memanjat. Ditaruhnya
kedua kaki paling depan melingkari batang pohon sejauh-jauhnya. Ditaruhnya
kedua kakinya yang berikut mengitari bagian dasar belanga, serta kedua kaki
belakang di bawah belanga. Laba-laba menyeret tubuhnya dengan kedua kaki paling
atas, mendorongnya dengan kedua kaki paling bawah, serta mencengkeram belanga
itu dengan keempat kaki tengah. Tetapi belanga itu sangat berat! Bukankah
isinya akal sehat yang ada di seluruh dunia?
Sedikit demi sedikit tubuh Laba-laba
naik. Dia merasa sangat senang, tetapi tiba-tiba tubuhnya merosot cepat ke
bawah dan jatuhlah ia kembali ke tanah.
Laba-laba tidak patah semangat,
“Bukankah aku memiliki kaki delapan?” katanya dalam hati.
“Tidak mungkin aku tidak bisa memanjat pohon tersebut.”
Maka Laba-laba mencoba memanjatnya
kembali. Dipeluknya batang pohon itu erat-erat, dan dia menyeret dan mendorong
tubuhnya sekuat-kuatnya. Belanga itu sangat berat, dan kedua kaki bagian
bawahnya tidak kuat menahan beban tersebut. Kali ini pun nasibnya tidak lebih
mujur dari usaha yang dilakukan sebelumnya. Tubuhnya dengan suara berdebum
jatuh kembali ke tanah. Hati Laba-laba menjadi panas. Dia menjadi kesal dan
marah!
Maka dia pun berusaha lebih keras
memanjatnya, namun selalu hal yang sama terjadi.
Laba-laba kelelahan, dan duduklah ia
di bawah pohon itu dengan muka murung. Sementara itu, diam-diam Kuma, anak
sulung Laba-laba, mengamati perbuatan ayahnya sejak dari semula. Segera
didatanginya ayahnya, dan berkatalah Kuma,
“Ayah, aku memiliki akal. Gantunglah belanga itu di punggung ayah, bukan
di depan tubuh ayah. Dengan demikian pasti ayah bisa memanjat pohon itu.”
Mendengar perkataan Kuma, Laba-laba menjadi
terkejut. Dia sadar bahwa bukan dia satu-satunya pemilik akal sehat di dunia.
Hal ini membuat dia marah, dan dibantingnya belanga itu ke tanah sampai pecah
berkeping-keping. Seluruh akal sehat yang berada di dalamnya bertebaran ke
semua arah. Suaranya gaduh bergemerisik, membuat orang-orang datang untuk
mengetahui apa yang telah terjadi, wanita-wanita tua yang pulang dari pasar,
lelaki-lelaki datang dari ladang, anak-anak kecil datang dari bermain-main,
serta anak-anak perempuan berlari keluar dari gubuk-gubuk bundar mereka. Pada
saat mereka melihat akal sehat bertebaran keluar dari belanga, mereka berebut
mengambilnya.
Akal sehat pun cepat menyebar ke
seluruh pelosok dunia. Baik tempat itu berada di belahan bumi bagian utara atau
selatan, baik di negeri panas atau dingin, setiap orang memiliki akal sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar