Senin, 29 Mei 2017

MAKSUD MEREKA SAMA

Empat orang lelaki bersama-sama melakukan perjalanan ke sebuah kota yang jauh. Seorang berkebangsaan Turki, yang kedua orang Persia, yang ketiga orang Arab, dan yang keempat orang Yunani.

Tidak seorang pun memahami bahasa rekannya. Namun demikian mereka merasa gembira karena bisa pergi bersama, sebab pergi sendirian saat itu sangat berbahaya. Mereka saling berhubungan melalui isyarat. Kadang – kadang mereka berusaha memperjelas maksud mereka dengan menggambarkan sesuatu di pasir.

Namun lama-lama mereka sedih juga karena mereka tidak bisa bercakap dengan bebas. Untung mereka bersua dengan pengelana kelima, yang sama-sama hendak menuju ke kota yang sama. Orang itu seorang Sufi, yaitu seorang pendeta dari suatu aliran kepercayaan tertentu.

Sufi itu mengetahui semua bahasa rekan-rekannya. Keempat pengelana itu dengan senang hati mengajak Sufi bergabung dengan mereka. Sufi itu pun gembira karena memperoleh teman. Mereka terus melanjutkan perjalanan. Sufi itu menterjemahkan percakapan rekan-rekannya, dan mereka pun kini bisa bercakap-cakap dengan bebas.

Pada suatu hari, pada saat mereka memasuki pintu gerbang kota, Sufi itu pergi sendirian sebentar. Sore harinya baru Sufi itu tiba kembali bergabung dengan mereka. Betapa kagetnya ketika dilihatnya keempat rekannya saling bertengkar.

Mereka telah kehabisan seluruh bekal uangnya. Yang tinggal hanya sekeping uang perak saja. Mereka bertengkar tentang apa yang akan dibeli dengan uang itu.

 “ Uzum, “ seru orang Turki,
 “ Tidak, tidak, angur! “ sahut orang Persia,
“ Inab, “ ujar orang Arab.
“ Stafil, “ sambung orang Yunani.

Sufi itu kemudian meminta uang perak itu dan pergilah ia ke sebuah warung terdekat. Katanya kepada si penjual,

“Empat ikat anggur, Nyonya.”

Kemudian ia memberi kepada masing-masing pengelana seikat buah anggur.

“ Uzum, “ kata orang Turki dengan gembira. Dengan muka berseri dirasakannya sebuah anggur.
“ Angur, “ sahut orang Persia dengan puas.
“ Inab, “ kata orang Arab sambil menunjuk pada buah-buah anggur.
“ Stafil, “ gumam orang Yunani, mulutnya berdecak-decak merasakan nikmaynya buah yang dilahapnya.

Sufi itu menjelaskan,


“Teman-teman, apa yang kqalian butuhkan adalah benda yang sama. Namun kalian menyebutnya dengan nama yang berbeda. Nah, mengapa kalian harus bertengkar jika tidak tahu pasti apa yang dimaksudkan rekan-rekan kalian? Janganlah kalian terburu nafsu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar