Pada jaman dahulu, ayam jantan mempunyai tanduk di kepalanya. Tanduk itu
sangat kuat dan indah, sehingga banyak penghuni hutan yang memuji kegagahannya.
Tetapi hal itu tidak membuat ayam jantan sombong, ia masih suka menolong teman-temannya
yang dalam kesusahan.
Pada suatu hari salah seorang
sahabatnya, yaitu raja kambing, menemuinya,
“Sahabat yang baik hati, tolonglah
saya yang dalam kesukaran ini,” kata raja kambing.
“Katakan saja, semoga saya dapat
membantu,” jawab
ayam jantan.
“Bulan purnama nanti aku akan
mengundang seluruh rakyatku untuk memperingati hari kelahiranku. Tapi aku
merasa malu kalau tampul memakai mahkota yang itu-itu juga. Maka kedatanganku
kesini adalah untuk meminjam mahkota tandukmu itu. Karena di hutan ini hanya
mahkotamulah yang terbagus dan kuat,” pinta raja kambing.
“Tanduk yang kupakai ini adalah lambang
kebesaran turun temurun,” kata ayam jantan.
“Tetapi karena engkau adalah
sahabatku, maka aku akan meminjamkannya,” lanjut ayam jantan.
“Jangan takut, kawan! Aku pasti akan
segera mengembalikannya setelah pesta usai. Sebagai jaminan, pakailah mahkotaku
ini di kakimu,” kata
raja kambing sambil melepaskan mahkotanya.
Pada hari yang ditentukan, kambing
merasa bangga sekali karena setiap tamu memuji kegagahannya dengan memakai
tanduk itu. Melihat hal itu, timbullah niat jahat raja kambing. Setelah pesta
usai, raja kambing mengajak seluruh rakyatnya menyingkir jauh dari tempat itu.
Tetapi di tengah jalan mereka diserang sekawanan singa yang lapar, semua rakyatnya
mati. Tinggal raja kambing yang berlari sekuat-kuatnya dengan membawa tanduk
ayam jantan.
Ayam jantan bersedih dengan tanduknya
yang tak dikembalikan. Setiap pagi ia berkokok membangunkan petani, maksudnya
adalah untuk menagih janji kambing padanya.
Sampai sekarang tanduk itu masih di kepala
kambing, dan tanduk kambing di kaki ayam jantan, yang dinamakan jalu/taji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar