Pada suatu hari, pagi-pagi sekali Pak
Miam sudah berangkat ke goa batu karang di pantai Laut Selatan untuk
menghaturkan persembahan bagi Nyi Roro Kidul. Dia disertai anak lelakinya yang
bernama Kerta. Persembahan itu berupa nasi kuning dan daging ayam, dibungkus
dengan sehelai kain putih. Persembahan itu dibawa oleh Kerta.
Bagi orang yang membawa persembahan
diharuskan untuk berpuasa sampai upacara selesai, kalau tidak akan dikutuk oleh
Nyi Roro Kidul.
Dalam perjalanan terasa perut Kerta
lapar. Dengan jari kelingkingnya dikoreknya isi dalam bungkusan. Akhirnya
diperolehnya sepotong daging ayam, dicongkelnya keluar dan dimakannya tanpa
setahu ayahnya. Persembahan itu akhirnya diserahkan kepada seorang pendeta yang
berjaga disana. Kerta merasa gembira karena ayahnya atau pendeta tidak tahu
bahwa isi persembahan itu sedikit berkurang.
Pendeta itu menerima persembahan
tersebut tanpa bertanya lebih lanjut. Namun Nyi Roro Kidul tahu hal itu semua. Malam
harinya, Pak Miam tidak pulang. Kerta bermimpi dimana dia bertemu dengan
petenung perempuan tua yang berwajah sangat buruk, matanya bernyala merah
menakutkan. Dia berbicara dengan suara bergetar,
“Hai Kerta, karena kesalahanmu ayahmu
menderita. Kau telah mencuri makananku! Aku telah menceburkannya ke dalam Goa
Gurita, di sana ia akan tewas kelaparan atau dimakan gurita.”
Kerta terbangun sambil menjerit.
Dilihatnya ibunya masih terjaga, masih menunggu suaminya. Dikisahkan oleh Kerta
mimpinya yang menakutkan. Tetapi jawab ibunya,
“Tidurlah kembali, Nak, kita memang
tidak bisa berbuat apa-apa.”
Kerta berbaring tidur lagi, tetapi
sekali lagi ia bermimpi. Kali ini ia bertemu seorang wanita muda teramat cantik
jelita dan anggun, yang berkata lembut terhadapnya,
“Aku akan memaafkanmu, jika kau berjanji
patuh terhadapku. Kau harus membebaskan ayahmu sendiri. Kau bisa mencapai Goa
Gurita dari Goa Masjid Sela. Pergilah ke sana dan kau akan menjumpa isalah
seorang pelayanku yang akan membantumu.”
Kerta terbangun dengan rasa takut. Dilihatnya
fajar sudah menyingsing. Katanya kepada ibunya,
“Mbok, aku harus pergi untuk
menyelamatkan ayah.”
Setelah bertanya sana sini pada para
nelayan serta para pencari sarang burung, akhirnya diketahuinya dari tempat
mana dia bisa turun dari goa di batu karang menuruni Goa Gurita.
Di dalam goa pertama, Kerta melihat
secercah cahaya berasal dari Manusia Kaca, yaitu sesosok tubuh yang berkilap
seperti Kristal yang merupakan juga salah seorang pelayan Nyi Roro Kidul.
Katanya kepada Kerta,
“Aku dulu menyalahi peraturan Nyi
Roro Kidul, dan disinilah makamku. Beliau member aku izin bangkit seabad sekali
untuk muncul dalam bentuk ini dan menolong seseorang yang dalam kesulitan.
Malam ini adalah malam yang kumaksud. Aku hanya menjelma sampai senja hari.”
Manusia Kaca menggoyangkan tangannya
ke muka Kerta dan jadilah tubuh anak itu panjang dan penuh sisik, berdiri di
atas ke empat kaki-kakinya yang pendek. Dia telah berubah bentuk menjadi seekor
kadal. Dalam bentuknya yang ramping Kerta bisa berjalan merayap melintasi celah
sampai antara Goa Masjid Sela dan Goa Gurita. Di dalam goa itu terdapat banyak
ikan gurita. Ada beberapa diantaranya ikan gurita raksasa. Ombak besar
meraung-raung di pintu masuk menerpa pada karang. Kerta merangkak masuk dan
beberapa jam kemudian dia menemukan ayahnya. Dan astaga, Pak Miam pun telah
berubah bentuk menjadi seekor kadal. Orang tua itu kelelahan oleh karena itu
Kerta harus menyeretnya melintasi lantai goa yang kasar dan melintasai celah
jalan yang sempit. Akhirnya, setelah hampir sampai kebebasannya, Kerta tidak
bisa menggerakkan tubuhnya lagi. Dipanggil-panggilnya Manusia Kaca, yang
seketika itu muncul dan membantu Pak Miam keluar dari celah jalan. Setelah
ayahnya terbebas, Manusia Kaca mengubahnya kembali menjadi bentuk manusia. Pak
Miam merasa segar bugar kembali dan dirinya merasa lebih muda dan kuat. Pada
saat ia hendak membebaskan anaknya, matahari tenggelam ke peraduan sehingga
Manusia Kaca harus kembali ke makamnya. Kerta menerima hukumannya. Sisa-sisa
hidupnya dihabiskannya di dalam goa karang dalam bentuk seekor kadal. Itulah
hukuman karena dia telah melanggar larangan Nyi Roro Kidul.
Sekarang tempat di pantai itu disebut
Segara Anakan, tak jauh dari situ terdapat tempat bernama Karang Bolong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar